Sepanjang Desember Pasar Perdagangan Kripto Masuk Tren Penurunan, Simak Prospeknya ke Depan
Selama beberapa pekan terakhir, harga berbagai jenis aset kripto tengah berada dalam tren penurunan.bagaimana proyeksi ke depan?
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama beberapa pekan terakhir, harga berbagai jenis aset kripto atau cryptocurrency tengah berada dalam tren penurunan.
CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan, sepanjang Desember ini, pasar perdagangan kripto memang cenderung sedang mengalami penurunan harga.
Bahkan, pada sesi perdagangan Kamis (23/12/2021) kemarin, pasar kripto masih meneruskan tren pelemahannya.
Meskipun demikian, Oscar meyakini, koreksi harga aset kripto tidak akan berlangsung lama, seiring dengan mulai munculnya sejumlah sentimen positif.
Baca juga: Tahun Depan, Kripto dan Mobile Banking Diprediksi Jadi Target Utama Serangan Siber
Penanganan mutasi virus corona varian Omicron yang baik diproyeksi dapat kembali mendongkrak pasar kripto. Pasalnya, hal itu membuat kekhawatiran investor berkurang.
Selain itu, pernyataan Chief Economist International Monetary Fund Gita Gopinath terkait aset kripto juga menjadi sinyal positif bagi pasar kripto.
Beberapa waktu lalu, Gopinath menyarankan berbagai negara untuk mengatur dan memberikan regulasi terkait penggunaan kripto, ketimbang melarang aset digital itu.
Baca juga: Aksi Jual Imbas Larangan Perdagangan Kripto di China Mereda, Harga Bitcoin ke Level 49.000 Dolar AS
"Dengan adanya beberapa kabar positif tersebut, saya yakin market kripto akan berangsur membaik untuk beberapa waktu ke depan," ujar Oscar, dalam keterangannya, Jumat (24/12/2021).
Lebih lanjut Ia menilai, di tengah pelemahan paser kripto yang terjadi, menjadi momentum yang tepat bagi para investor untuk menambah kepemilikan aset digital itu.
"Investor bisa membeli di momen saat harga sedang murah dan menjualnya ketika di harga tinggi sehingga bisa mendapatkan cuan," katanya, seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel Harga Aset Kripto Diproyeksi Bakal Kembali Menguat.
Walaupun saat ini sedang melemah, jika dibandingkan dengan posisi awal tahun, harga sejumlah aset kripto sebenarnya sudah melesat cukup cepat.
Bitcoin misalnya, Indodax mencatat, harga aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar itu berada pada kisaran Rp 400 juta pada akhir tahun lalu, dan pada saat ini harganya sudah berada di kisaran Rp 600 juta.
Bahkan, bitcoin sempat menembus rekor tertingginya pada November lalu di angka Rp 968 juta per keping.
"Ini membuktikan bahwa bitcoin serta aset kripto bukanlah investasi jangka pendek dan merupakan komoditas digital yang kian menarik untuk di miliki," ucap Oscar.
Tertarik untuk Investasi Aset Kripto, Berikut Proyeksi Bitcoin dkk di Tahun Depan
Aset kripto atau cryptocurrency mencatatkan kinerja yang positif sepanjang tahun 2021.
Ini tereflesikan dari penguatan aset kripto yang mencapai kisaran 70 persen sejak awal tahun ini, dan membuat nilai keseluruhan aset digital itu mencapai 2 triliun dollar AS.
Berbagai sentimen, baik bersifat positif ataupun negatif, mewarnai pergerakan harga aset kripto sepanjang tahun ini.
Baca juga: Tahun Depan, Kripto dan Mobile Banking Diprediksi Jadi Target Utama Serangan Siber
Meskipun kerap kali merosot secara signifikan, secara keseluruhan tahun harga berbagai jenis kripto mengalami penguatan.
Bahkan harga aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, bitcoin, tercatat beberapa kali memecahkan rekor tertingginya. Teranyar, pada November kemarin harga bitcoin sempat mencapai level tertingginya di kisaran 69.000 dollar AS per keping.
Baca juga: Mau Investasi Kripto, Solana Layak Dipertimbangkan di 2022, Catat Juga Risikonya
Pertanyaannya, setelah catatkan kinerja yang cemerlang pada tahun ini, bagaimana prospek aset kripto pada tahun 2022?
Setelah membukukan kinerja positif selama hampir 2 tahun terakhir, berbagai pakar mewanti-wanti investor terkait potensi tren penurunan pada tahun depan. Hal ini selaras dengan mulai diperketatnya regulasi aset kripto di berbagai negara serta fluktuasi harga yang sangat tinggi.
Bitcoin misalnya, setelah sempat capai level tertinggi di evel 69.000 dollar AS, kini aset digital itu diperdagangkan di level 50.000 dollar AS per keping, atau telah terkoreksi 30 persen dari capaian tertingginya.
Dilansir dari CNBC, Kamis (23/12/2021), Professor of Finance Sussex University Carol Alexander memprediksi, bitcoin masih akan melanjutkan pelemahan sekitar 10.000 dollar AS pada tahun 2022.
"Jika saya investor, saya akan mempertimbangkan untuk keluar dari bitcoin secepatnya. Sebab, harga aset digital itu berpotensi anjlok tahun depan," ujar dia, dikutip Kamis.
Lebih lanjut, ia mengingatkan kepada investor terkait potensi terjadinya pengulangan sejarah. Di mana pada penghujung 2018 harga bitcoin anjlok di level 3.000 dollar AS per keping, padahal beberapa bulan sebelumnya sempat mencapai level 20.000 dollar AS per keping.
Pandangan tersebut sebenarnya sering kali dibantah oleh investor atau pendukung kripto. Mereka menilai, saat ini aset kripto memiliki fundamental yang lebih baik, sehingga hal tersebut tidak mungkin kembali terjadi.
Chief Equity Strategist Union Bank Todd Lowenstein mengatakan, narasi tersebut tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya penurunan harga signifikan atau biasa disebut dengan bubble aset kripto.
Selain fundamental yang belum cukup kuat, sejumlah sentimen diproyeksi membuat harga kripto berada dalam tren penurunan tahun depan. Rencana bank sentral AS, The Federal Reserve, yang akan mulai menaikan kembali suku bunga acuannya pada tahun depan diprediksi membuat investor beralih dari kripto.
Baca juga: Aksi Jual Imbas Larangan Perdagangan Kripto di China Mereda, Harga Bitcoin ke Level 49.000 Dolar AS
Namun, tidak semua pakar yakin, tren penguatan aset kripto berakhir pada tahun depan. Ini terlihat dari sinyal positif The Fed yang telah diumumkan sejak beberapa waktu terakhir, tetapi harga bitcoin dkk terpantau masih tinggi.
"Sentimen paling besar, seperti tapering The Fed telah ditentukan beberapa waktu lalu, dan harga kripto sudah merespon hal itu," ujar Analis pasar kripto, Yuya Hasegawa.
Solana Layak Dipertimbangkan
Seperti yang diketahui, Ethereum (ETH) telah menjadi salah satu investasi terkuat pada tahun 2021.
Lihat saja, harga Ethereum sudah melonjak lebih dari 437% sejak awal tahun. Namun, ini juga salah satu cryptocurrency paling mahal, dengan harga di bawah US$ 4.000 per token.
Karena Ethereum terus tumbuh, maka kripto tersebut akan menjadi lebih mahal. The Motley Fool merekomendasikan, jika Anda mencari investasi yang lebih terjangkau yang memiliki potensi pertumbuhan serupa, ada mata uang kripto lain yang perlu dipertimbangkan, yakni Solana (SOL).
Solana adalah salah satu bintang terobosan dunia crypto, dan meskipun memiliki kelemahan, kripto ini berpotensi menjadi Ethereum tahun 2022.
Baca juga: Aksi Jual Imbas Larangan Perdagangan Kripto di China Mereda, Harga Bitcoin ke Level 49.000 Dolar AS
Mengapa berinvestasi di Solana?
The Motley Fool memberitakan, Solana saat ini adalah cryptocurrency paling populer kelima, dengan kapitalisasi pasar lebih dari US$ 52 miliar. (Sebagai referensi, Ethereum saat ini memiliki kapitalisasi pasar lebih dari US$ 452 miliar). Kondisi ini menempatkannya pada posisi yang baik, karena memperoleh daya tarik yang cukup untuk bersaing dengan pemain terbesar di pasar crypto, tetapi masih memiliki banyak ruang untuk pertumbuhan.
Baca juga: Pasar Kripto Mulai Pulih, Harga Bitcoin, Ethereum hingga Shiba Inu Kompak Naik
Solana juga memiliki banyak kesamaan dengan Ethereum. Kedua jaringan tersebut adalah platform kontrak pintar yang dapat menampung proyek-proyek seperti aplikasi keuangan terdesentralisasi dan pasar non-fungible token (NFT).
Namun, Solana memiliki satu keunggulan utama dibandingkan Ethereum: kecepatan. Ethereum saat ini dapat memproses sekitar 15 transaksi per detik, sementara Solana dilaporkan dapat menangani hingga 65.000 transaksi per detik.
Karena kecepatan ini, banyak pengembang berbondong-bondong menggunakan jaringan Solana, yang menyebabkannya menjadi ekosistem blockchain yang tumbuh paling cepat.
Baca juga: Dibayangi Ketidakpastian Omicron, Harga Bitcoin dan Sebagian Mata Uang Kripto Utama Turun
Risiko yang harus dipertimbangkan
Meski Solana mungkin salah satu cryptocurrency paling menjanjikan yang akan keluar pada tahun 2021, kripto ini bukan tanpa risiko.
Beberapa kritikus berpendapat bahwa Solana lebih menekankan pada kecepatan daripada keamanan, dan mengalami beberapa serangan yang menyebabkan masalah keamanan.
Baru-baru ini, jaringan terkena serangan penolakan layanan (DDoS) terdistribusi. Meski Solana tetap online, serangan itu mengguncang kepercayaan investor. Harganya turun lebih dari 20% selama beberapa hari setelah insiden itu, dan saat ini turun hampir 30% dari puncaknya di bulan November.
Ini bukan pertama kalinya Solana terkena serangan, di mana jaringan Solana sempat offline selama sekitar 17 jam pada bulan September lalu.
Beberapa ahli juga khawatir bahwa masalah keamanan akan tetap menjadi masalah bagi Solana.
Menurut laporan terbaru dari perusahaan investasi institusional Grayscale, Solana menggunakan mekanisme konsensus yang tidak banyak digunakan oleh cryptocurrency lainnya. Ini menggunakan protokol bukti riwayat, yang lebih efisien daripada sistem lain tetapi mungkin tidak seaman itu. Ini berarti Solana bisa lebih rentan terhadap serangan daripada jaringan lain.
Terlepas dari volatilitasnya baru-baru ini, Solana masih merupakan salah satu cryptocurrency paling populer, dan harganya telah melonjak lebih dari 11.600% sejak awal tahun.
Kecepatan kilat yang ditawarkan Solana memberikannya keuntungan yang baik jika dibandingkan para pesaingnya, dan sebagai hasilnya semakin banyak pengembang yang beralih dari Ethereum ke Solana.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Minat Investasi Aset Kripto? Simak Dulu Proyeksi Bitcoin dkk pada 2022"