Celios: Silicon Valley Bank di Amerika Bangkrut, Startup Bakal Kekurangan Modal
efek Bank Silicon Valley bangkrut sejauh ini cenderung terkait dengan pendanaan startup dan aset digital.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) dinilai bisa jadi pelajaran, bahwa kenaikan suku bunga yang terjadi serentak di berbagai negara bisa timbulkan kenaikan risiko perbankan cukup serius.
Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, karena itu, perbankan domestik pun perlu hati-hati menyusun strategi terutama terkait manajemen risiko.
Sementara itu, efek Bank Silicon Valley bangkrut sejauh ini cenderung terkait dengan pendanaan startup dan aset digital.
Baca juga: Silicon Valley Bank Kolaps, Uang Investor Disebut Beralih ke Obligasi hingga Kripto
Sebab, pada saat era dana murah atau quantitative easing di Amerika Serikat (AS) banyak startup mendapat suntikan permodalan lewat SVB.
"Begitu suku bunga The Fed naik, maka timbul gejolak di sektor perbankan. Dikhawatirkan masalah yang ada saat ini akan membuat suntikan modal baru ke startup terganggu," ujar Bhima melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, ditulis Jumat (24/3/2022).
Dia menambahkan, modal ventura dan investor keuangan kakap di ekosistem startup benar-benar hati-hati dan selektif dalam mendanai startup.
"Terutama, startup dengan proyeksi rugi jangka panjang," katanya.
Baca juga: Intip Dampak Bank Silicon Valley Kolaps dan Suku Bunga AS Naik Lagi ke Rupiah
Imbasnya, lanjut Bhima, tuntutan pendanaan makin terfokus pada mengejar arus pendapatan stabil dan cashflow dibanding mengejar valuasi.
"Kondisi ini akan memperpanjang winter startup. Efek lainnya adalah efisiensi besar-besaran di startup yang secara langsung dan tidak langsung terkait pendanaan dari SVB dan modal ventura afiliasinya," pungkasnya.