Bahayanya Gunakan Joki Pinjol, Sekali Kirim Identitas Uang Jutaan Melayang
OJK menerangkan bahaya menggunakan joki pinjol, yakni data pribadi bisa disalahgunakan, risiko penipuan, tak punya kontrol atas pinjaman, hingga tarif
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Modus penipuan berkedok joki kini mulai merambah platform peer-to-peer lending (P2P) atau pinjaman online (pinjol).
Kasus yang paling baru adalah joki yang menawarkan untuk menghapus gagal bayar dan pencairan dana.
Seorang warga di Malang, Jawa Timur, menjadi korbannya dan harus merelakan uangnya jutaan rupiah melayang gara-gara kena tipu si oknum joki pinjol tersebut.
Baca juga: Literasi Keuangan Dinilai Sangat Perlu untuk Kurangi Korban Pinjol Ilegal
Menanggapi hal itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) wanti-wanti agar jangan sekali-kali berurusan dengan joki pinjol.
Menggunakan jasa joki pinjol sangat berbahaya dan masyarakat patut mengantisipasi.
Melalui akun Instagram @ojkindonesia, OJK mengingatkan kepada masyarakat bahayanya jasa joki pinjol.
"Joki pinjol mendatangkan banyak bahaya jika digunakan," tulis OJK dalam akun Instagram, Rabu (17/5/2023).
Secara rinci, OJK menerangkan bahaya menggunakan joki pinjol, yakni data pribadi bisa disalahgunakan, risiko penipuan, tak punya kontrol atas pinjaman, hingga tarif joki yang mahal.
Mengantisipasi hal tersebut, OJK menyampaikan langkah yang harus dilakukan masyarakat, yaitu mengabaikan tawaran jasa joki pinjol.
Selain itu, masyarakat seharusnya melakukan pengajuan pinjaman sendiri pada pinjol yang resmi dan terdaftar di OJK.
Selanjutnya, masyarakat perlu menjaga data pribadi agar tak disalahgunakan. Terlebih jangan sekalipun memberikan identitas data pribadi kepada joki pinjol, seperti KTP, SIM, atau passport.
Baca juga: Jelang Lebaran Pinjol Ilegal Gentayangan, OJK: Usai Diblokir, Pelaku Bisa Unggah Aplikasi Sejenis
Sebelumnya, seorang nasabah pinjol menjadi korban joki untuk menghapus database di aplikasi pinjaman online (pinjol), seorang pria di Malang justru menjadi korban penipuan.
Dionisius Bayu (26), warga Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Dionisius bercerita, pada Jumat (28/4/2023) dia tiba-tiba dihubungi oleh seseorang tak dikenal melalui pesan WhatsApp (WA).
Baca juga: Literasi Keuangan Dinilai Sangat Perlu untuk Kurangi Korban Pinjol Ilegal