Lindungi Transaksi Jual Beli Bitcoin Cs di Indonesia, Bursa Kripto Bittime Luncurkan Fitur Staking
Jumlah investor kripto di Indonesia selama bulan Mei kemarin mengalami peningkatan tajam hingga tembus 17,4 juta orang.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Utama Aset Digital Indonesia atau Bittime rilis fitur Staking bagi investor kripto Indonesia agar dapat melakukan berbagai transaksi digital termasuk menyimpan aset kripto dengan aman.
Tak hanya itu hadirnya fitur staking ini juga dapat memungkinkan investor untuk bisa mendapatkan passive income hanya dengan menyimpan aset kripto mereka pada bursa Bittime, tanpa ada biaya administrasi.
“Misalnya user menyimpan 1 SOL (Solana) dengan bunga 10 persen per tahun menggunakan fitur Staking. Aset user akan naik menjadi 1,1 SOL (Solana) pada tahun berikutnya, atau meningkat sebesar 10 persen. Semakin besar nominal staking semakin besar pula nominal reward yang akan didapatkan,” kata Direktur Utama Bittime, Ronny Prasetya dalam keterangan resminya.
Baca juga: Aset Kripto Masuk Money Game, OJK Minta Masyarakat Tetap Waspada
Untuk fitur staking ini, nantinya tiap token akan diberikan besaran bunga yang berbeda – beda tergantung koin kripto yang dipilih. Namun perlu diingat semakin kecil deposit staking yang disimpan, maka suku bunga majemuk (APY/annual percentage yield) yang diperoleh akan kecil begitu pula sebaliknya.
"Terkait bunga, kami yakinkan bahwa di Bittime Staking lebih tinggi dibandingkan platform lain. Bonding time atau periode waktu yang diperlukan nasabah untuk memindahkan atau menjual aset mereka juga cukup cepat dibanding dengan kompetitor”, tutur Ronny.
Investor Kripto di Indonesia Meningkat, Tembus 17,4 Juta
Peluncuran fitur staking Bittime bukan tanpa alasan, meningkatnya jumlah investor kripto di Indonesia membuat Crypto Exchange Bittime berambisi untuk menciptakan platform yang aman.
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat, jumlah investor kripto di Indonesia selama bulan Mei kemarin mengalami peningkatan tajam hingga tembus 17,4 juta orang.
Jumlah tersebut melonjak 0,87 persen bila dibandingkan bulan April lalu yang hanya ada sekitar 17,25 juta orang dan meningkat 23,23 persen dari periode yang sama di tahun 2022 dimana saat itu jumlah investor kripto hanya dipatok di kisaran 3,28 juta orang.
Lonjakan investor di Indonesia mulai terjadi setelah pasar kripto bangkit dari ancaman bear market. Seperti harga Bitcoin yang bangkit diatas 30 dolar AS.
Dengan lonjakan tersebut, Bitcoin sukses mencatatkan pertumbuhannya sebesar 230 persen selama jangka waktu 12 tahun terakhir tepatnya sejak 2011 silam.
Bahkan Tingkat pertumbuhan Bitcoin di tahun ini diklaim sepuluh kali lebih tinggi daripada indeks Nasdaq 100 yang ada di bursa Wall Street.
Alasan ini yang kemudian membuat para investor kepincut untuk beralih ke aset cryptocurrency yang belakangan mulai dianggap sebagai aset investasi paling safe haven ketimbang dolar yang beberapa pekan terakhir justru mencatatkan penurunan akibat aksi dedolarisasi yang dilakukan sejumlah negara.
Tak tanggung – tanggung untuk mendongkrak transaksi kripto dalam negeri, pekan kemarin Bappebti merilis Bursa, Kliring, dan Pengelola Tempat Penyimpanan (Depository) aset kripto di Indonesia.
Peresmian bursa kripto Indonesia menunjukkan langkah progresif dan bentuk komitmen pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan teknologi aset kripto.
Hadirnya Bursa Kripto Indonesia diharap bisa meningkatkan minat dan aktivitas perdagangan aset kripto dalam negeri. Dengan begitu Indonesia bisa dapat memperkuat posisi sebagai pusat perdagangan dan inovasi aset kripto, serta ekosistem digital di Asia Tenggara.