Mobil Murah Tangkal Produk Thailand dan Malaysia
Pengembangan produksi mobil murah dan ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC) di Indonesia ditujukan untuk menghadapi pasar bebas ASEAN
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengaku, pengembangan produksi mobil murah dan ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC) di Indonesia ditujukan untuk menghadapi pasar bebas ASEAN (masyarakat ekonomi ASEAN) 2015.
"LCGC ini sebetulnya persiapan menuju pasar bebas ASEAN 2015. Pada saat itu kita akan diserbu oleh produk yang sama, yang dijual oleh Thailand, Malaysia, dengan bebas," ujar M.S. Hidayat kepada wartawan di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (13/9).
"Akan tetapi," kata dia,"kalau kita sudah bisa buat lebih dahulu dan efisien, produk mereka tidak akan bisa bersaing di sini, maka dengan perhitungan itu lah LCGC kita buat di sini," jelas Hidayat.
Hidayat yang juga pengusaha itu menjelaskan, Indonesia akan mempersilakan agen tunggal pemegang merek (ATPM) memproduksi LCGC dengan insentif berupa pembebasan pajak penjualan barang mewah (PPnBM).
Sejauh ini, ada lima perusahaan otomotif besar yang menyatakan akan ikut serta dengan total investasi sebesar 3,5 miliar dollar AS. Selain itu, produksi mobil murah ramah lingkungan akan diikuti dengan pertumbuhan industri komponen atau suku cadang di Indonesia.
"Akan ada hampir 100 atau bahkan lebih industri komponen baru yang sebagian besar akan join dengan orang-orang Indonesia," ujar dia. Seluruh industri komponen tersebut akan diberikan target waktu selama lima tahun, dan harus memproduksi 85 persen bagian-bagian suku cadangnya di Indonesia.
"Tujuan akhir kita adalah mendapatkan transfer teknologi sehingga akhirnya kita bisa membuat sendiri. Jadi, banyak sekali alasan yang bisa memperkuat atau membenarkan kita kenapa LCGC ini waktunya sekarang," ujar dia.
Lebih jauh M.S. Hidayat menambahkan, dukungan terhadap produksi LCGC juga akan disertai dengan aturan khusus yang mewajibkan para pengguna kendaraan tersebut untuk menggunakan bahan bakar nonsubsidi. Hal ini untuk mencegah membengkaknya konsumsi BBM subsidi.
"Jadi, nanti mau dibikin aturan yang sedemikian rupa, fleksibel namun kompleks. Pembuatan aturan itu, ya, kita juga akan ajak ATPM-nya," kata dia. (Kompas.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.