Konsumen Pilih Wait and See Kalau Mau Beli Mobil
Ada beberapa penyebab kondisi demikian, tutur Amelia, di antaranya harga mobil naik mulai Januari, pajak progresif, biaya produksi, dan diskon
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kondisi pasar otomotif Indonesia tengah kurang bergairah di awal 2015. Perubahan “iklim” dari Desember 2014 ke Januari 2015 dikatakan yang jadi penyebab, tren mengendur diperkirakan masih berlanjut sampai Februari 2015.
“Penjualan ritel di pasar turun 20 persen dari Desember ke Januari, ini penurunan terbesar dalam lima tahun terakhir. Saya tidak bicara tentang Daihatsu saja tapi keseluruhan pasar,” kata Direktur Marketing PT Astra Daihatsu Motor, Amelia Tjandra, setelah peluncuran New Sirion, di Jakarta, Sabtu (14/2/2015).
Ada beberapa penyebab kondisi demikian, tutur Amelia, di antaranya harga mobil naik mulai Januari, pajak progresif, biaya produksi, dan penurunan diskon. Pada Desember, kebanyakan merek berusaha keras melepas semua stok ke konsumen dengan diskon besar, namun pada Januari diskon mengecil sementara harga jual naik.
Misalnya, croosover Terios kode VIN 2014 diberikan diskon Rp 20 juta, namun VIN 2015 hanya Rp 10 juta. “Konsumen lebih memilih wait and see,” imbuh Amelia.
Awalnya diperkirakan penyebab hilangnya minat beli masyarakat akan pulih pada Februari, namun sejak awal bulan cuaca hujan deras selama berhari-hari menimbulkan bencana banjir di Ibu Kota. Pasalnya, Jakarta dan sekitarnya merupakan lokasi terbesar pembelian mobil di Indonesia.
“Orang – orang sibuk ngurusin banjir. Saya cek credit application in di ACC (Asuransi Credit Companies – milik grup Astra) umumnya turun 10 persen, sementara di mobil bekas turun 5 persen. Itu artinya pembelian mobil baru lebih jatuh dibanding mobil bekas,” papar Amelia. (Febri Ardani)