Daihatsu Bertahan dengan Teknologi Konvensional
Semakin canggih teknologinya berarti pengembangan dan harga jual di pasar semakin mahal.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Perhatian atas lingkungan hidup menekan industri otomotif agar menghasilkan mobil-mobil yang semakin ramah lingkungan. Berbagai alternatif, meski terkadang tidak selalu positif, sudah coba dilakukan pemain global.
Buat Daihatsu sebagai bagian grup Toyota, pilihannya adalah mengembangkan teknologi mesin konvensional.
Sampai saat ini setidaknya ada empat jenis pengembangan mesin, yakni satu pembakaran dalam yang konvensional, hibrida, bertenaga listrik, dan fuel cell.
Semakin canggih teknologinya berarti pengembangan dan harga jual di pasar semakin mahal.
Dalam piramida strategi bisnis grup Toyota, Daihatsu berada paling bawah. Artinya,
Daihatsu bermain di bagian pasar paling besar yang menginginkan mobil harga terjangkau.
Maka itu untuk menghasilkan mobil dengan standar emisi rendah, Daihatsu memilih tetap pakai cara lama.
“Sampai saat ini sebagai grup Toyota kan sudah dipersiapkan. Daihatsu bermain di mesin konvensional karena itu memberikan harga mobil yang sangat masuk akal. Kita engga akan bermain ke mobil listrik, saat ini, tapi ujungnya nanti ke fuel cell,” ujar Amelia Tjandra, Direktur Pemasaran Astra Daihatsu Motor, di Maumere, Nusa Tenggara Timur, Jumat (20/5/2016).
Salah satu contoh usaha Daihatsu yang sudah dilakukan yakni meluncurkan Mira e:S di Jepang pada 2011.
Mobil saudara Ayla ini menghasilkan efisiensi bahan bakar bensin sekelas atau bahkan di atas hibrida, yaitu sampai 30 km/lter.
Poin menariknya, mobil ini dijual 795.000 yen (Rp 99 juta).
Penulis: Febri Ardani Saragih