Sejarah Mobil dan Motor Suzuki, 1001 Kisah Abadi di Suzuki Plaza tentang Antusiasme dan Perjuangan
Suzuki Plaza, sebuah museum yang berisi lengkap dari mulai awal kiprah Suzuki, jatuh bangun hingga menghasilkan berbagai produk legendaris.
Penulis: Robertus Rimawan
Siapa sangka ribuan langkah yang terlewati berawal satu tapak kecil. Michio Suzuki memulai langkah itu, andai saja ia menyianyiakan kemampuan dan mengabaikan kesulitan ibunya mungkin ia tak akan jadi bagian sejarah dunia. Mungkin tak ada merek Suzuki yang mendunia seperti saat ini.
KISAH Michio Suzuki langsung muncul, Suzuki Plaza, sebuah museum yang berisi lengkap dari mulai awal kiprah Suzuki, jatuh bangun hingga menghasilkan berbagai produk legendaris.
Tribunnews.com diberi kesempatan untuk masuk museum yang letaknya di seberang kantor pusat Suzuki yakni Suzuki Motor Corporation.
Suzuki Plaza berlokasi di Zora-cho, Minami-ku, Hamamatsu, Shizuoka di dalam gedung seluas 3.489 meter persegi.
Baca: Tidak Ada Dualisme Kepemimpinan, H Syam Resfiadi Pimpin Asphurindo
Mulai langsung dari lantai 3F para awak media diajak seolah berpetualang ke masa lalu melihat waktu demi waktu perjalanan panjang Suzuki.
Adalah Michio Suzuki yang pendiri, tak hanya patungnya yang menarik perhatian tapi juga film pendek yang mengisahkan keberhasilannya.
Michio muda memiliki keahlian sebagai tukang kayu, suatu ketika orangtuanya yang notabene seorang petani kapas, sang ibu kesulitan dalam menenun.
Ibunya butuh waktu lama untuk menenun, akhirnya Michio mencoba membuat alat tenun yang mendasari sistem operasi kerja mesin tenun yang diproduksi Suzuki nantinya.
Baca: Gubernur Sultra Nonaktif, Nur Alam Segera Diadili
Pada film pendek tersebut tampak bagaimana Michio muda berpikir, bereksperimen, merancang hingga membuat alat tenun.
Dan terciptalah alat tenun dengan sistem pedal.
Menenun yang biasanya butuh waktu lama dengan terciptanya sistem operasi alat tenun kayu dengan pedal menenun jadi bisa lebih mudah dan cepat.
Dari alat tenun kayu sistem pedal yang dipamerkan tampak manekin dengan menggunakan pakaian tradisional Jepang seolah sedang peragakan pengoperasian alat tenun tersebut.