Palsukan Dokumen Emisi, BMW Korea Didenda 13 Juta Dolar AS
"BMW Korea terobsesi untuk memaksimalkan keuntungan tanpa memperhatikan hukum dan peraturan", sebut Pengadilan Pusat Distrik Seoul
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Produsen mobil BMW lagi-lagi berurusan dengan hukum di Korea Selatan. Pengadilan Korea Selatan menjatuhkan denda sebesar 14,5 miliar won atau sekitar USUS $ 13 juta pada anak perusahaan BMW di Korea Selatan setelah BMW dinyatakan bersalah karena telah memalsukan dokumen emisi untuk ribuan kendaraan.
South China Morning Post melansir, Pengadilan Pusat Distrik Seoul mendapati temuan BMW telah memalsukan hasil uji emisi untuk sekitar 29.000 mobil yang diimpor sejak 2011. Selain itu tiga pejabat BMW Korea juga telah dihukum antara delapan dan sepuluh bulan penjara karena keterlibatan mereka dalam penipuan.
"BMW Korea terobsesi untuk memaksimalkan keuntungan tanpa memperhatikan hukum dan peraturan", sebut Pengadilan Pusat Distrik Seoul dalam sebuah pernyataan.
Hukuman ini bukanlah yang pertama. BMW Korea juga menghadapi gugatan class action dari puluhan konsumen yang mesin mobilnya terbakar tahun lalu. Perusahaan itu didenda 11,2 miliar won atau setara US$ 10 juta pada 2018 karena gagal untuk memberi peringatan kepada konsumen atas penemuan kerusakan mesin mobil.
Baca: Mackenzie Kini Jadi Wanita Terkaya Sejagat Setelah Cerai dari CEO Amazon Jeff Bezos
Ada lebih dari 40 kasus kebakaran mesin yang melibatkan BMW tahun lalu di negara tersebut. Beberapa penyedia parkir pun mulai menolak mobil-mobil BMW karena khawatir bisa menyebabkan kebakaran.
Lebih dari 170.000 kendaraan akhirnya ditarik kembali di Korea Selatan karena kesalahan pendingin resirkulasi gas buang dituding sebagai penyebab kebakaran.
Baca: Sudjiwo Tedjo Curiga Orang di Balik Nurhadi-Aldo Berhubungan dengan Jokowi, Sang Kreator Buka Suara
Pada bulan Agustus tahun lalu, BMW mengumumkan penarikan 480.000 mobil yang terkena masalah yang sama di pasar Eropa dan beberapa negara Asia. Dua bulan kemudian, penarikan ini diperluas hingga mencapai lebih dari satu juta mobil.
Tendi/Sumber: South China Morning Post