Menteri Luhut Yakin Hilirisasi Mineral Bikin Indonesia Jadi Pemain Utama Baterai Mobil Listrik
Luhut mengatakan, sektor hiliirisasi mineral cukup berperan untuk menopang perekonomian pasca pandemi Covid-19.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meyakini hilirisasi mineral yang digencarkan pemerintah dapat menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam hal baterai lithium untuk mobil listrik.
“Saya tidak mengatakan hilirisasi sendiri, karena semua harus paralel. Tapi dengan hilirisasi ini paling tidak sudah menyumbang perkiraan untuk tahun ini sebesar USD10 miliar. Itu angka yang besar,” ujar Menko Luhut dalam pernyataannya, Senin (27/7/2020).
Menurunya, sektor hiliirisasi mineral cukup berperan untuk menopang perekonomian pasca pandemi Covid-19.
Hal ini karena sektor hilirisasi tidak terdampak terlalu dalam dan ekspor produk turunan yang dihasilkan dari pabrik pengolahan semakin menunjukkan dampak positif.
Baca: Penasehat Menteri Luhut: Indonesia Siap Jadi Produsen Kendaraan Listrik
“Hilirisasi nikel ini akan kita kembangkan sampai ujungnya baterai lithium dan juga keperluan lain untuk mobil listrik. Dan kita akan menjadi pemain utama lithium baterai ini,” jelas Menko Luhut.
Baca: Kemenhub Rilis Aturan Uji Tipe untuk Kendaraan Listrik
Satu di antara smelter lokal yang berada di Pulau Obi, Harita Nickel, diproyeksikan akan menjadi pemain penting dalam industri bahan baku utama untuk mobil listrik tersebut.
Penyelesaian smelter hidrometalurgi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di sana juga terus berlanjut meski di tengah pandemi.
Menko Luhut menyampaikan bahwa ia mendukung semua perusahaan smelter dan tidak ada perlakuan yang berbeda.
"Nikel ini dulu kita hanya ekspor kira kira nilainya USD612 juta setahun, tapi sekarang kita sudah ekspor USD6,24 miliar setelah menjadi stainless steel slab.” ujarnya.
Selama periode 2015-2019, total investasi di hilirisasi tambang sudah mencapai USD40 miliar, ekspor besi dan baja tembus USD9 miliar, sedangkan sektor nikel nilai ekspornya mencapai USD14 miliar.
Ke depan Indonesia akan menjadi pemain penting dalam peta industri mobil listrik dunia.
Hal ini merupakan bentuk komitmen Indonesia untuk mencapai Paris Agreement pada 2030. Paris Agreement merupakan kerangka kebijakan jangka panjang bagi negara-negara untuk mengurangi emisi karbon.
Pada tahun itu, Eropa akan mewajibkan semua kendaraan berbasis listrik, dan melarang energi fosil.
“Itu kan tinggal 10 tahun lagi. Itu yang kita targetkan. Pada 2025-2027 juga mereka mulai terapkan berapa puluh persen harus pakai mobil listrik. Secara bertahap kita mengarah ke sana,” katanya.