Shell Eco-Marathon Ajak Anak Muda Inovatif, Hadapi Tantangan Energi Masa Depan
Kompetisi Shell Eco-Marathon berlangsung sejak tahun 1985 dan Indonesia berpartisipasi di kompetisi ini di tingkat Asia sejak 2010.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Shell mengajak anak muda memanfaatkan dan mengembangkan serta mengoptimalkan penggunaan energi berkelanjutan lewat kompetisi Shell Eco-marathon (SEM).
Kompetisi ini berlangsung sejak tahun 1985 dan Indonesia berpartisipasi di kompetisi ini di tingkat Asia sejak 2010.
Kompetisi ini menawarkan format kompetisi antar pelajar dan mahasiswa untuk mendesain, membangun dan menguji mobil-mobil hemat energi yang kemudian dipertandingkan di lintasan balap.
Bukan kecepatan yang diuji, tapi seberapa efisien energi yang dipakai.
President Director & Country Chair Shell Indonesia Dian Andyasuri, Kamis (17/12/2020) menyatakan, konsep kompetisi yang ditawarkan Shell Eco-marathon jadi langkah awal untuk menyiapkan generasi muda agar bisa menghadirkan solusi dari tantangan energi saat ini dengan mengedepankan efisiensi bahan bakar dan transisi energi.
Baca juga: Indonesia Rayakan 1 Dekade Kepesertaan di Shell Eco-Marathon
"Shell Eco-marathon mengambil peran penting dalam menginspirasi generasi muda Indonesia sebagai calon pemimpin masa depan untuk bereksperimen secara cerdas dan kreatif dalam mencari solusi atas tantangan efisiensi bahan bakar saat ini dan di masa depan," ujar Dian.
Selama 10 tahun partisipasi Indonesia SEM Asia, jumlah mahasiswa yang terlibat naik 200 persen lebih.
Jumlah partisipasi kampus yang semula hanya 4 di tahun 2010 menjadi lebih dari 25 institusi pendidikan di 2020.
"SEM juga telah menjadi wadah bagi mahasiswa lintas ilmu seperti teknik, bisnis, manajemen dan bidang studi lainnya untuk bisa berkolaborasi mewujudkan inovasi," kata Dian Andyasuri.
Partisipasi mahasiswa dari berbagai universitas di penjuru Indonesia telah menghadirkan sederet kendaraan hemat energi hasil inovasi mereka yang mengedepankan efisiensi energi, dan berhasil memukau khalayak dunia di ajang kompetisi global kendaraan hemat energi Drivers’ World Championship (DWC) sebagai perwakilan regional Asia.
Tim Sapuangin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya di kompetisi tahun 2018 dan tim Bumi Siliwangi 4 dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di kompetisi tahun 2016 tampil jadi juara mengalahkan tim pesaing dari Kanada, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa.
Salah satu tim dari ITS yang pernah berkompetisi di ajang SEM Asia, Tim Antasena, sukses mengembangkan kendaraan roda empat berbahan bakar hidrogen fuel-cell sebagai sumber bahan bakar alternatif.
Ario Bhismo Nugroho, Manajer Tim ITS Antasena mengatakan, hidrogen dipilih karena merupakan bahan bakar yang sangat menjanjikan untuk masa depan.
Jumlahnya melimpah, sangat efisien, tidak menghasilkan emisi, tidak beracun, dan dapat diproduksi dari sumber daya terbarukan.
Tim Bumi Siliwangi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) juga berhasil mengembangkan mobil berteknologi internal combustion engine dan battery electric yang dirintis sejak 2011 setelah melihat partisipasi dan keberhasilan tim-tim Indonesia yang ikut serta di Shell Eco-marathon Asia 2010.
Tim mereka jadi juara II Shell Eco-marathon Asia 2016 kategori Battery Electric dan juara pertama di kompetisi global Shell Eco-marathon Drivers’ World Championship 2016.
Menristek/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang PS Brodjonegoro nilai, program Shell Eco-marathon sejalan dengan rencana Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024.
Untuk menjalankan program ini, dibutuhkan keunggulan produk-produk riset dengan SDM yang berkarakter, unggul, dan berwawasan kebangsaan.
“Shell Eco-marathon menjadi langkah tepat dalam mendorong inovasi di kalangan pelajar dan mahasiswa, memberi warna pada pengembangan riset untuk memecahkan berbagai permasalahan energi masa depan dan menumbuhkan semangat untuk berani berkompetisi di kancah global bagi generasi muda," ujar Bambang.