Ekonom Faisal Basri: Pemerintah Jangan Umbar Ambisi Jadi Produsen Kendaraan Listrik
Sebaiknya pemerintah tidak perlu terlalu mengumbar potensi Indonesia menjadi produsen kelas dunia untuk kendaraan listrik
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom senior Faisal Basri menilai, meski Indonesia memiliki sumber daya alam nikel melimpah, tidak otomatis dibutuhkan industri mobil listrik dan pendukungnya.
Faisal menjelaskan, industri ini adalah satu lingkungan bisnis yang dibuat untuk memperoleh nilai tambah lebih sebesar-besarnya, bukan sekadar bahan mentah nikel untuk jadi modal menjadi negara produsen.
"Tidak berarti kita produksi semua mobil listrik. Tidak ada tiba-tiba satu negara jadi unggul di otomotif karena, Jepang dan Jerman butuh ratusan tahun," ujarnya dalam webinar, Selasa (27/4/2021).
Karena itu, sebaiknya pemerintah tidak perlu terlalu mengumbar potensi Indonesia menjadi produsen kelas dunia untuk kendaraan listrik karena hal itu dinilainya cuma mimpi.
Baca juga: Faisal Basri: Porsi Penjualan Mobil Listrik di Negara-negara Nordik Sudah 54,3 Persen
"Tiba-tiba sekarang kita mau jadi negara produsen mobil listrik. Mimpi-mimpi seperti itu harus kita pahami, mendekati ngawur gitu ya," kata Faisal.
Baca juga: Toyota: Ekosistem Kendaraan Listrik Belum Terbentuk, Konsumen Perlu Terus Diedukasi
Faisal Basri menyarankan, Indonesia tidak bisa sendiri karena harus menjadi bagian dari rantai pasok dunia untuk industri kendaraan listrik.
"Kita mau pilih apa, tidak bisa 100 persen buatan Indonesia. Kita bagian dari dunia, kita cari yang nilai tambahnya paling tinggi," pungkasnya.