Indonesia Berambisi Jadi Pemain Utama di Industri Baterai Kendaraan Listrik Global
Holding IBC ditugasi mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian BUMN beberapa waktu lalu resmi membentuk perusahaan baru bernama ndustri Baterai Indonesia (Indonesia Battery Corporation/IBC).
Holding IBC ditugasi mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik (Electric Vehicle Battery/EV Battery) yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Holding tersebut berisikan empat perusahaan BUMN sektor pertambangan dan energy, serta melibatkan dua perusahaan luar negeri, yakni Contemporary Amperex Technology (CATL) dan LG Chem Ltd.
Meski pabriknya belum dibangun, namun IBC memiliki tekad yang kuat untuk menguasai pasar baterai kendaraan listrik global.
Ketua Tim Percepatan Baterai Kendaraan Listrik, Agus Tjahajana Wirakusumah menuturkan, pihaknya telah menyusun beberapa strategi untuk mencapai target tersebut. Salah satunya selektif dalam pemilihan mitra/partnership.
Baca juga: Pembangunan Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Dimulai Juli 2021
Yang pertama adalah, IBC memerlukan mitra yang mengerti betul dalam hal teknologi dan riset terkait industri ini. Indonesia dinilai masih kurang dalam menangani hal tersebut.
Baca juga: Sepeda Listrik Terbukti Turunkan Emisi Karbon dan Kurangi Kemacetan Lalu Lintas
“Pertama kita harus punya partner. Yang tentunya bisa membawa dan memberikan masukan seputar teknologi,” ucap Agus dalam Webinar Prospek dan Tantangan Industri Baterai Nasional, Kamis (23/6/2021)
Kemudian menurut Agus, mitra tersebut harus memiliki target pasar yang jelas.
Dengan mulai bergesernya tren penggunaan mobil berbahan bakar fosil menjadi energi listrik, tentunya pasar internasional menginginkan kualitas baterai yang sangat baik.
Dalam pekerjaannya pada tahun 2025, pasar produksi dan penjualan akan cukup besar.
Untuk kendaraan listrik roda dua bakal memiliki potensi 8,8 juta unit. Sedangkan untuk kendaraan listrik roda empat memiliki potensi sebesar 2 juta unit.
Maka dari itu, mitra tersebut harus memiliki rekam jejak yang bagus dan punya kedekatan dengan para produsen kendaraan listrik. Salah satu contohnya adalah LG Chem yang memiliki kedekatan dan juga memasok ke produsen mobil seperti Hyundai dan Tesla.
“Si pemilik teknologi harus punya kerja sama dengan Car Maker. Itu adalah bagian strategi kita. Karena dia yang punya strategi, pasar dan mereka juga punya keinginan untuk ekspansi,” pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.