Buku Manual Kendaraan Ajak Pakai BBM RON Tinggi, Agar Kualitas Udara Lingkungan Lebih Sehat
Penggunaan BBM yang tepat akan membuat mesin kendaraan lebih awet karena pembakaran di ruang mesin lebih optimal.
Editor: Choirul Arifin
Pabrikan biasanya menempelkan stiker ajakan penggunaan BBM dengan oktan number 92 pada mobilnya. Stiker petunjuk penggunaan BBM semacam ini juga terdapat dalam mobil jenis lain yang diproduksi pabrikan di berbagai negara.
Guru Besar Kesehatan Lingkungan Universitas Indonesia (UI) Profesor Budi Haryanto juga mengajak masyarakat meningkatkan penggunaan BBM berkualitas yeng lebih ramah lingkungan.
Karena, dengan penggunaan BBM oktan tinggi bisa berkontribusi terhadap perbaikan kualitas udara dan pengurangan risiko timbulnya gangguan kesehatan bagi masyarakat.
"Kalau kualitas bahan bakar bagus, maka kualitas udara pencemaran berkurang, artinya, semakin banyak kendaraan memakai BBM berkualitas, otomatis emisi yg keluar di udara juga semakin berkurang," ujar dia.
Sebaliknya, jika polusi udara tinggi dapat memunculkan penyakit kronis kormobit Covid-19, seperti penyakit jantung, diabetes, dan gangguan pada paru-para. Karenanya Budi menyambut positif tren peningkatan konsumsi Pertamax series akhir-akhir ini.
"Itu sebabnya, tren peningkatan konsumsi Pertamax series harus dipertahankan dan selalu ditingkatkan. Ini untuk jangka panjang," kata dia.
Menurutnya, udara yang bersih dan berkualitas sangat penting untuk menjaga kesehatan masyarakat. Apalagi berbagai penelitian menunjukkan, terdapat hubungan antara polusi udara dan tingkat kematian penderita Covid-19.
Seperti penelitian yang dilakukan Harvard bahwa pasien Covid-19 di wilayah tinggi polusi memiliki risiko kematian 4,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan di wilayah rendah polusi.
"Secara teori, ini dikaitkan bahwa banyak kormobit yang diderita orang-orang di daerah tinggi polusi, akibat pencemaran udara tadi," jelas dia.
Penelitian serupa juga dilakukan di Eropa, antara lain Italia, Prancis, Spanyol, dan Jerman. Dalam hal ini, European Public Health Alliance menyatakan bahwa polusi udara mengurangi peluang seseorang bertahan hidup dari wabah Covid-19.
Karena itulah, kata Budi, World Health Organization (WHO) mengimbau agar setiap negara memperhatikan faktor risiko polusi udara dan kaitannya terhadap pengendalian Covid-19.
"WHO menyebutkan, negara dengan tingkat polusi udara tinggi seperti Indonesia harus mempertimbangkan faktor risiko polusi udara tersebut dalam persiapan pengendalian Covid-19," katanya.