Isi BBM Oktan Lebih Rendah di Situasi Darurat, Amankah bagi Kendaraan? Ini Kata Pakar
Pengisian BBM dengan oktan yang lebih rendah ini hanya dianjurkan pada keadaan yang bersifat darurat.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Sebagai pemilik kendaraan pribadi, mungkin Anda pernah merasakan situasi darurat di mana bahan bakar mesin (BBM) kendaraan Anda hampir habis, namun tidak tersedia jenis BBM yang biasa digunakan di SPBU terdekat.
Dalam memilih jenis BBM yang digunakan, pemilik kendaraan biasanya mempertimbangkan kualitas dari BBM, lalu mencocokkannya dengan kualitas kendaraan yang dimiliki.
Selain itu, pada umumnya produsen kendaraan juga telah memberikan petunjuk serta rekomendasi BBM dengan nilai oktan minimum yang sesuai untuk setiap kendaraan.
Dari berbagai BBM yang tersedia di Indonesia, tiga jenis yang paling umum digunakan masyarakat untuk kendaraan bermotor pribadi adalah Premium, Pertalite, dan Pertamax. Pertamax memiliki nilai oktan tinggi sebesar 92, sementara Premium dan Pertalite termasuk dalam jenis BBM dengan oktan yang lebih rendah, yaitu 88 dan 90.
Maka dari itu, kekhawatiran dalam mengisi BBM yang tidak sesuai ini umumnya dialami oleh para pemilik kendaraan yang menggunakan BBM oktan tinggi seperti Pertamax.
Penggunaan BBM oktan rendah pada situasi darurat
Tingkatan oktan memang merupakan salah satu faktor penentu dari kualitas sebuah jenis BBM. Terlebih lagi, nilai oktan juga berpengaruh terhadap performa mesin kendaraan, karena menunjukkan seberapa baik bahan bakar dapat mencegah ketukan pada proses pembakaran BBM.
Lantas, bagaimana seorang pemilik kendaraan harus menyikapi situasi darurat yang mengharuskan untuk mengisi kendaraan dengan BBM oktan rendah seperti Pertalite atau Premium?
Service Technical & Warranty Senior Manager PT Honda Prospect Motor, Muhammad Zuhdi, menjelaskan, penggunaan BBM sebaiknya memang perlu disesuaikan dengan rekomendasi yang telah tertulis di fuel lid atau tutup tangki BBM pada kendaraan.
Akan tetapi, ia menyebut bahwa penggunaan BBM dengan oktan yang tidak sesuai atau lebih rendah boleh saja dilakukan pada saat situasi darurat.
“Tapi kalau keadaan darurat, tidak ada pilihan lain, misalnya mobil kita idealnya pakai Pertamax tapi yang ada hanya Pertalite, ya kita bisa pakai. Sesekali tidak masalah," katanya dalam acara live Honda TV ID yang disiarkan akun Instagram @hondaisme, Jumat (19/3/2021).
"Tidak perlu ragu, ini karena kondisi yang darurat," lanjutnya.
Ia juga menjelaskan bahwa ketika pengguna BBM oktan tinggi mengisi kendaraan dengan Pertalite atau BBM oktan rendah lain, nantinya jika bahan bakar di dalam tangki masih tersisa dan akan diisi kembali dengan Pertamax, tangki tidak perlu dikuras.
Namun, pengisian BBM dengan oktan yang lebih rendah ini hanya dianjurkan pada keadaan yang bersifat darurat dan tidak bisa dijadikan sebuah rutinitas yang berkelanjutan dalam pengisian bahan bakar bagi kendaraan pribadi.
"Penggunaan terus-menerus yang tidak sesuai dengan yang direkomendasikan seiring berjalannya waktu akan berefek tidak baik pada kinerja mesin. Pembakaran yang terjadi pada mesin akan kurang optimal," jelas Muhammad Zuhdi.
Penggunaan BBM dengan oktan tinggi tidak hanya memberikan manfaat bagi performa dan keawetan mesin kendaraan Anda.
Dengan menggunakan BBM oktan tinggi, Anda sebagai pemilik kendaraan pribadi juga telah berkontribusi dalam mensukseskan Program Langit Biru dari Pertamina, yang bertujuan untuk mengurangi tingkatan gas rumah kaca serta pencemaran lingkungan di tanah air.