Hindari Truk Nyelonong Saat Diturunan, Begini Cara Pengereman Terbaik Agar Terhindar dari Kecelakaan
Banyak sopir saat melewati jalanan menurun justru menetralkan persneling kendaraan. Hal ini yang akan mengakibatkan kecelakaan fatal
Penulis: Lita Febriani
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akhir-akhir ini sering terjadi kecelakaan yang melibatkan truk di jalanan menanjak ataupun menurun, mengakibatkan banyak kerugian.
Aftersales and Technical PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) Irwan Supriyono, menjelaskan secanggih apapun fitur keselamatan namun jika perilaku mengemudinya buruk tetap akan berakibat pada kecelakaan.
"Kalau keselamatan kan banyak faktor, selain dari fitur juga paling besar adalah faktor pengemudi. Makanya kita bikin fasilitas untuk sekolah mengemudi sebetulnya, untuk bisa meminimalisir kecelakaan. Untuk truk Hino Euro 4 ini yang berkaitan langsung dengan keselamatan ialah ABS, menghindarkan kendaraan tergelincir saat jalan licin. Kemudian Hill Start hal yang menghindarikan mobil agar tidak mundur, seperti kejadian di Purwakarta. Hill Start ini kan mengunci agar truk ngga bisa turun. Ini fitur-fitur yang kita tambahkan di Euro 4, sebelumnya tidak," jelas Irwan saat peluncuran truk dan bus Hino Euro 4 di Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (9/3/2022).
Baca juga: Kecelakaan Maut Libatkan Dua Motor dan Satu Truk di Jalan Pantura Kendal-Semarang, 1 Orang Tewas
Fitur Hill Start Assist sendiri merupakan sistem canggih yang sangat berguna, agar ketika kendaraan sedang berhenti di tanjakan tidak mundur.
Dari banyaknya kecelakaan yang terjadi, Hino yang dilibatkan dalam investigasi, melihat faktor utama terjadinya kecelakaan di jalanan menurun ialah akibat pengereman yang tidak pas.
"Jadi kecelakaan itu banyak terjadi karena cara berkendara yang salah, terutama pada saat jalanan menurun. Beberapa kejadian kecelakaan terjadi saat jalan menurun, di kendaraan niaga itu ada hal yang harus dilakukan tetapi terkadang tidak dilakukan sopir," tutur Irwan.
Banyak sopir saat melewati jalanan menurun justru menetralkan persneling kendaraan. Hal ini yang akan mengakibatkan kecelakaan fatal.
"Saat dia turun tetapi gigi dinetralkan, itu salah. Pertama, kecepatan saat turun itu harus dijaga, pakai engine brake. Kita pakai gigi rendah dan tidak usah injak pedal gas. Harusnya seperti itu. Lalu kalau RPMnya udah mulai tinggi kita mulai memakai rem kaki. Itu yang tidak dilakukan kadang-kadang. Pada saat turun, pengemudi turun dengan kecepatan tinggi dan gigi dinetralkan. Kalau itu terjadi, langkah pengereman sudah terlambat. Remnya dalam pun saat jalanan menurun pasti kecepatan akan tetap tinggi, berbeda dengan jalanan datar, kita rem dalam pasti berhenti," ungkapnya.
Baca juga: Truk Molen Jatuh ke Jurang di Blahbatuh Gianyar, Sopirnya Luka-luka
Selain itu, pengereman terus-terusan saat jalanan menurun juga akan mengurangi angin pada rem. Angin berkurang, lalu sopir panik dan ingin memindahkan ke gigi rendah akhirnya tidak bisa, karena angin sudah habis.
"Kedua, saat rem blong. Karena terlalu sering menggunakan servis brake atau rem kaki mengakibatkan track line panas, sehingga tidak mencengkeram. Saat panas ngga ada gesekan sehingga licin seperti kaca. Kalau sudah begitu percuma melakukan pengereman, apalagi sudah ada muatan, pasti kendaraan akan jalan terus. Itu yang disebut rem blong. Prosedur pengereman ini harus dibetulin nih bagi para pengendara. Supaya kecelakaan seperti di Purwakarta, Banjarmasin itu tidak terjadi," ucap Irwan.