Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Otomotif

BYD Tak Khawatir Penjualan Mobil di Indonesia Stagnan 1 Juta Unit Per Tahun

Kondisi pasar mobil domestik saat ini sedang mengalami stagnasi. Selama 10 tahun terakhir, penjualan hanya 1 juta unit per tahun

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Sanusi
zoom-in BYD Tak Khawatir Penjualan Mobil di Indonesia Stagnan 1 Juta Unit Per Tahun
Tribunnews/Endrapta
Varian terbaru BYD Dolphin Dynamic di pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kondisi pasar mobil domestik saat ini sedang mengalami stagnasi. Selama 10 tahun terakhir, penjualan hanya 1 juta unit per tahun.

Menanggapi hal tersebut, Head of Marketing & Communication PT BYD Motor Indonesia Luther T. Panjaitan mengatakan, pihaknya masih yakin dengan pasar Indonesia bila dilihat secara jangka panjang.

"BYD sih yakin dengan market ini dalam jangka panjang," katanya di ICE BSD Tangerang, Banten, Rabu (17/7/2024).

Menurut dia, jika kondisinya dilihat dari masa sekarang dan dulu, tentu akan terlihat tidak layak menjadikan Indonesia sebagai tempat produksi.

Baca juga: Penjualan Mobil Stagnan di 1 Juta Unit Selama 1 Dekade, Gaikindo Bilang Begini

Namun, jika dilihat dalam jangka panjang, Indonesia cocok menjadi tempat produksi.

"Kalau kita melihat kondisi sekarang atau sebelumnya, mungkin terlihat tidak feasible. Sebenarnya kalau kita lihat jangka panjang, pasar Indonesia ini sangat potensial untuk production base," ujar Luther.

Berita Rekomendasi

Saat ini, BYD tengah dalam rencana membangun pabrik di Subang, Jawa Barat, dan diharapkan bisa rampung pada akhir 2025.

Pabrik yang akan terletak di Kawasan Industri Subang Smartpolitan itu ditargetkan bisa memulai produksi pada awal 2026.

Baca juga: Pupuk Subsidi Tetap Disalurkan Meski Kontrak Pertama Rp 26,7 Triliun Habis Pada Juli 2024

Luther mengatakan, pihaknya sedang menunggu proses konstruksi untuk dimulai.

"Kita planning start produksinya di 2026. Kemarin baru settlement pembelian lahan, pematangan lahan, sekarang kita tunggu proses untuk memulai konstruksi. Enggak ada masalah, kita tetap inline," ujarnya.

Luther belum bisa memastikan model-model apa saja yang akan diproduksi di pabrik tersebut.

Namun, ia memastikan bahwa yang diproduksi adalah mobil listrik dan model-model yang saat ini sudah dijual di pasaran, akan diupayakan untuk diproduksi secara lokal.

Saat ini, ada BYD Seal, BYD Atto 3, dan BYD Dolphin yang sudah dijual di pasar Indonesia. Ada juga BYD M6 yang baru diluncurkan pada Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024.

Adapun pabrik ini ditargetkan bisa memiliki kapasitas produksi hingga 150 ribu unit per tahun.

Mengenai besaran investasi yang dikucurkan BYD untuk membangun pabrik ini, Luther belum bisa membeberkannya karena masih dalam tahap penghitungan.

"(Jumlah investasi) masih belum bisa kita disclose karena masih dalam kalkulasi. Saya rasa suatu investasi yang cukup besar lah ya. Bisa diperkirakan mungkin kalau kita udah dapet gambaran dari production progress ya," ujar Luther.

Penjualan Mobil Stagnan

Mengutip Kompas.com, pasar kendaraan roda empat atau lebih Indonesia sedang mengalami fase one million trap atau tejebak di angka satu juta unit selama satu dekade belakangan.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), hingga 2023 belum pernah penjualan mobil melebihi satu juta unit.

Penjualan mobil tertinggi, masih terjadi pada 2013 dengan 1.229.811 unit.

Periode tersebut ketika pertama kali program kendaraan bermotor hemat energi dan harga terjangkau (KBH2) atau lebih dikenal Low Cost Green Car (LCGC) dirilis. Segmen ini langsung bekontribusi lebih dari 30 persen penjualan nasional.

Pengamat otomotif sekaligus peneliti senior di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LPEM FEB) Universitas Indonesia, Riyanto menjelaskan terdapat beberapa faktor utama yang melandasi kondisi terkait.

Salah satunya ialah terjadi lonjakkan harga mobil di periode 2013-2022 yang tidak diikuti pertumbuhan pendapatan per-kapita. Sehingga, membuat masyarakat jadi kesulitan untuk memiliki kendaraan baru.

"Secara empiris, harga pada seluruh jenis kendaraan paling berpengaruh. Lantas, pendapatan per-kapita, tingkat suku bunga kredit, kurs atau nilai tukar, dan harga bahan bakar," kata dia di Jakarta, Selasa (9/7/2024) malam.

"Berdasarkan data, pendapatan per-kapita dan harga jual mobil selama periode 2000-2013 itu tumbuh beriringan. Di mana, pendapatan masyarakat tumbuh 28,26 persen sementara harga mobil naik 21,23 persen," ucap Riyanto.

"Namun, pada periode 2013-2022, pendapatan kita naik hanya 3,65 persen setiap tahun. Sehingga tidak cukup membeli mobil baru (naiknya harga mobil lebih besar) dan pada akhirnya penjualan mobil rata-rata turun 1,64 persen," lanjut dia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas