Pengamat: Pemutusan Kerjasama KPU-Lemsaneg Langkah Tepat
Said Salahuddin menilai pemutusan kerjasama antara KPU dan Lemsaneg adalah langkah yang tepat.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat Untuk Demokrasi (SIGMA), Said Salahuddin menilai pemutusan kerjasama antara Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) adalah langkah yang tepat.
"Memang sudah seharusnya demikian (pemutusan kerjsama)," kata Said, di Jakarta, Kamis (28/11/2013).
Said menuturkan, KPU dan Lemsaneg memiliki kepekaan terhadap derasnya penolakan kerjasama yang datang dari berbagai elemen masyarakat. Menurutnya, sejak pertama kali mengangkat isu ini ia pun sudah tegas menyatakan penolakan karena terlalu banyak keganjilan dan rawan penyimpangan apabila kerjasama tersebut benar-benar direalisasikan.
"Buat apa memaksakan kerjasama bila hal itu membuat rakyat kehilangan kepercayaan terhadap Pemilu. Nah, dari kasus ini saya kira KPU harus belajar betul. Ke depan, tidak boleh lagi mereka mengambil kebijakan terkait Pemilu sesuka hati mereka sendiri," tuturnya.
Lebih lanjut Said mengatakan, setiap kebijakan Pemilu yang berpotensi menurunkan kepercayaan publik harus terlebih dahulu mendengarkan pendapat masyarakat. Soal pengamanan data Pemilu pasca-pemutusan kerjasama ini dirinya tetap pada usulan semula, yaitu KPU bisa meminta bantuan BPPT dan lembaga-lembaga lain yang menurut penalaran yang wajar diperkirakan mampu bersikap netral.
"Dalam hal pelibatan lembaga-lembaga itu dinilai masih belum cukup, saya merekomendasikan agar KPU merekrut para peretas handal yang jumlah melimpah dinegeri ini. Mereka itu orang-orang hebat. Sudah tidak terhitung lagi pembuktian atas keahlian mereka," ucapnya.
Said mencontohkan, sebut saja peretasan yang dilakukan terhadap situs Kepresidenan Bangladesh dan yang terbaru pada sejumlah situs milik Australia. Para peretas itu bukan para kriminal. Mereka adalah anak-anak muda yang potensial karena memiliki keahlian khusus di bidang IT.
"Peretasan yang mereka lakukan selama ini lebih tepat disebut sebagai kreativitas yang nakal, bukan kriminal. Beberapa hacker kita malah punya reputasi internasional. Di antaranya bahkan ada yang punya kemampuan menggeser posisi satelit," katanya.