Pembahasan Soal Neolib dan Rizal Ramli yang Kini Langsing
Sejumlah pertanyaan menarik terlontar dari peserta diskusi ke Rizal Ramli di Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Sejumlah pertanyaan menarik terlontar dari peserta diskusi bertema 'Peran Masyarakat & Mahasiswa dalam Menghadapi Asean Economy Community 2015', yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung, Sabtu (1/3/2014).
“Pak Rizal Ramli ini salah satu idola saya. Saya sangat mengagumi pikiran-pikiran bapak, khususnya di bidang ekonomi. Tapi tadi waktu bapak masuk ruangan ini, saya sempat ragu. Apa betul ini pak Rizal Ramli? Soalnya, yang saya tahu dulu pak Rizal Ramli gendut. Kok, sekarang langsing, ya?” kata Fitra, mahasiswa semester 2 Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi Universitas Pasundan.
Keruan saja ucapan anak muda yang ceplas-ceplos itu disambut meledaknya tawa peserta Celetukan Fitra itu hanyalah pembuka dari pertanyaan yang sejurus kemudian diajukannya. Tidak tanggung-tanggung, dia langsung menyoal apa yang akan dilakukan Rizal Ramli seandainya menjadi presiden pada 2014.
“Sebagai presiden, apa yang nanti akan bapak lakukan saat masyarakat dan industri kita makin terpuruk akibat diberlakukannya ASEAN Economy Community pada 2015. Bukankah seperti bapak paparkan tadi, bahwa Indonesia dalam banyak hal belum siap menghadapi perdagangan bebas, termasuk di kalangan ASEAN sendiri?” tukasnya.
Tampaknya jawaban tokoh nasional yang pernah menyelamatkan PT Nurtanio dari kebangkrutan yang kemudian namanya diganti menjadi Dirgantara Indonesia (DI) tersebut, cukup memuaskan Fitra.
“Selama ini saya hanya mengenal pak Rizal Ramli dari jauh, dari pemberitaan di koran-koran dan televisi. Tapi hari ini saya beruntung bisa bertemu dan mendengar langsung gagasan dan pemikiran beliau di bidang ekonomi. Saya rasa, beliau benar-benar cocok menjadi presiden di tengah berbagai persoalan ekonomi yang membelit bangsa dan rakyat Indonesia. Di bidang ekonomi, saya berani bilang, pak Rizal Ramli tidak ada lawannya di antara para capres yang lainnya,” paparnya semangat usai berfoto berdua dengan tokoh yang diidolakannya itu.
Siang itu, Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) yang sukses meningkatkan efisiensi dan meninggalkan warisan berupa kas triliunan rupiah itu, tampil sangat santai. Bercelana jeans biru dikombinasi kemeja lengan panjang warna senada yang tidak dimaksukkan ke dalam celana. Sebagai pembicara tunggal, awalnya dia memang menyampaikan gagasannya dari mimbar yang disediakan.
Tapi begitu sesi tanya jawab dibuka, Rizal Ramli memilih berdiri di atas panggung berukuran sekitar 8 m x12 m. Bak pemain teater andal, lelaki yang dikenal gigih mengusung ekonomi konstitusi sejak mahasiswa itu mampu menguasai panggung dengan apik.
Sesekali dia bergerak ke kanan-kiri panggung dengan santai. Tangannya kadang bergerak ke atas dan bawah. Bahkan dia tidak jarang mengibaskan lengannya mengikuti intonasi dan substansi paparannya.
Masih dalam suasana santai, yatim piatu sejak usia tujuh tahun itu juga terlihat sesekali memasukkan satu tangannya ke saku celana. Sementara tangan lainnya memegang mike yang membantu suaranya menyapu seluruh ruangan. Betul-betul santai tapi tetap ‘berisi’!
Rizal Ramli bisa disebut benar-benar jadi ‘bintang’. Berkali-kali uraiannya disambut tepuk tangan meriah peserta diskusi yang sebagian besar adalah mahasiswa. Ketika dia bicara soal sarannya kepada Capres pada 2004 silam tentang upaya menyejahterakan rakyat lewat kebun-kebun sawit, misalnya, dia mendapat applause panjang.
“Sayang ya, gagasan pak Rizal tentang kebun sawit itu tidak dilaksanakan presiden terpilih. Padahal, kalau saja direalisasikan, sekarang paling sedikit ada sejuta kepala keluarga Indonesia yang sudah kaya raya dari sawit. Harusnya pak Rizal memang jangan cuma jadi penasehat capres, tapi justru langsung jadi presidennya saja. Dengan begitu beliau bisa langsung melaksanakan program dan gagasan-gagasannya yang cemerlang,” ujar Yohana, mahasiswi semester 6 yang juga sempat melontarkan pertanyaan di sesi tanya-jawab.
Tapi Yohana lumayan kritis. Ketika bertanya, dia langsung menyodok Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) itu dengan pertanyaan ‘seram’.
“Menurut survei, bapak dikenal sebagai calon presiden paling reformis. Apakah kalau nanti bapak menjadi presiden tidak akan berubah menjadi penganut neolib? Kalau bapak juga jadi neolib, tentu bapak akan membawa Indonesia pada mekanisme pasar yang sebetulnya kita belum siap,” tukasnya.
Mendapat ‘serangan garang’ seperti itu, Rizal Ramli hanya tersenyum. Lalu dengan jenaka dia memaparkan, justru dialah yang kembali memperkenalkan kosakata ‘neolib’ kepada rakyat Indonesia sejak lebih dari 10 tahun silam. Hal itu dilakukan karena keprihatinannya yang mendalam akibat penerapan mazhab neolib dalam ekonomi oleh pemerintah Indonesia, dari rezim satu ke rezim lainnya.
“Yohana, kalau kamu telusuri track record saya, maka akan kamu temukan saya termasuk yang paling gigih menentang neolib. Berkali-kali dalam banyak kesempatan saya sampaikan, bandul ekonomi Indonesia sudah terlalu ke kanan, terlalu menyerahkan segala sesuatunya ke mekanisme pasar. Ekonomi kita harus dikembalikan ke tengah, agar sesuai dengan konstitusi 1945 sebelum berkali-kali diamandemen secara ugal-ugalan. Saya bahkan beberapa kali ikut berdemonstrasi menentang berbagai kebijakan yang berbau neolib itu,” paparnya kalem yang disambut tepuk tangan meriah.
Ketika dikejar konsep dan gagasannya agar Indonesia bisa keluar dari berbagai persoalan yang membelit bangsa dan rakyat Indonesia, Menteri Keuangan yang berhasil mengebut pembahasan RAPBN dalam tempo kurang dari sebulan ini juga terlihat datar-datar saja.
“Caranya gampang. Pilih saja Rizal Ramli menjadi presiden pada 2014. Insya Allah saya akan membawa Indonesia menjadi negara maju, digdaya, dan rakyatnya sejahtera dalam tempo kurang dari delapan tahun,” pungkasnya usai memaparkan sejumlah ide untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik. (*)