Ginandjar Ragukan Megawati akan Pilih Jokowi Jadi Capres
Joko Widodo yang terus digadang-gadang menjadi kandidat presiden bakal dipilih PDI Perjuangan diragukan
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menjelang pemilu legislatif 9 April 2014 banyak spekulasi politik terhadap berbagai partai politik termasuk kepada calon presiden. Bahkan anggota Dewan Penasehat Presiden Republik Indonesia Ginandjar Kartasasmita meragukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang terus digadang-gadang menjadi kandidat presiden bakal dipilih PDI Perjuangan saat pilpres mendatang.
"Saya kok tidak yakin kalau Megawati siap menyerahkan pencalonan presiden kepada Jokowi, disamping masih banyak ada pro dan kontra di dalam PDIP sendiri. Saya yakin belum resolve mereka," ujar Ginandjar kepada Tribunnews.com, Senin(10/3/2014).
Menurut Ginandjar kalau saja Megawati memberikan dengan mudah kepada Jokowi peluang untuk menjadi presiden, maka akan banyak yang mempertanyakan terutama mereka kalangan Soekarnoisme.
"Kalau Jokowi jadi Presiden tentu akan menggunakan orang-orang di sekitarnya dia saja sendiri, yang dekat dengan dia, belum tentu orang PDIP dipakai dia nantinya," kata Ginandjar.
Selain itu Ginandjar juga melihat Jokowi sebenarnya memiliki lawan kuat yaitu Prabowo.
"Kalau Ical dan Pramono Edhie mungkin masih kurang. Tetapi kalau dengan Prabowo mungkin menjadi pesaing paling kuat Jokowi saat ini. Prabowo cukup kuat dan populer tampaknya di daerah-daerah dan saat ini tampaknya Prabowo juga belum mengerahkan semua kemampuannya untuk berkampanye. Jadi sesungguhnya sampai dengan Juni-Juli nanti kita masih belum tahu apa yang akan terjadi di perpolitikan kita sebenarnya," ujarnya.
Ginandjar juga bertanya-tanya mengenai sikap PDI Perjuangan yang tinggal satu bulan lagi pemilu legislatif, tetapi belum juga mengumumkan Jokowi sebagai capresnya.
"Kenapa menunggu nanti mengapa tidak sekarang? Kalau diumumkan setelah pileg dan PDIP saat itu menang dengan threshold di atas 20 persen berarti mandat kepada Megawati sangat kuat. Apakah ada alasan bagi Megawati untuk tidak mau menjadi Presiden padahal partainya menang besar? Bagaimna menjelaskan kepada kadernya? Mandat tentu bukan ke Jokowi tetapi Megawati sebagai Ketua Partai," katanya.
Dengan demikian sebenarnya lanjut Ginandjar, Megawati ingin melihat barometer partainya sendiri seberapa kuat saat pemilu caleg nanti dan sekaligus dapat mempertahankan trah Soekarno.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.