Mahfudin Nigara Ingin Mengawal Dunia Olahraga Indonesia
Mahfudin Nigara adalah sosok pria yang tidak pernah menyerah meski dihadapkan pada suatu kegagalan
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mahfudin Nigara adalah sosok pria yang tidak pernah menyerah meski dihadapkan pada suatu kegagalan. Tak heran jika ia tetap bersinar terang meski kegelapan selalu mengintipnya. Dan karena itu asa atau harapan harus selalu ia perjuangkan.
Karena itu pula, dari evaluasi dan pemahaman akan pengalaman perjalanan di masa lalu, Mahfudin Nigara mencoba meniti langkah dengan kesabaran, keseriusan, dan tentunya dengan tetap memelihara optimisme.
Tahun 2004, ia diminta Amien Rais, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga Ketua MPR RI saat itu untuk menjadi calon legislatif untuk DPR Pusat. Nigara justru memilih untuk berjuang merebut kursi DPRD DKI.
Alasannya ia ingin maju secara bertahap. Namun, mungkin karena ia sendiri tidak terlalu serius merespon kesempatan yang diperolehnya, peluang itu luput digapainya.
Waktu terus berlalu, dan sangat jelas jika kini 'mindset' Mahfudin Nigara terhadap perjuangan menjadi anggota dewan itu sudah jauh berubah. Baginya, menjadi anggota dewan, sejatinya DPR Pusat, adalah sebuah pilihan yang secara absolut harus diperjuangkan karena itu juga sebuah amanah.
Dengan persfektif itu, Mahfudin Nigara yang menjadi Caleg PAN dengan nomor urut 8 kini 'all-out' untuk merebut satu dari delapan kursi DPR Pusat yang dialokasikan dari Dapil Jateng VIII, mencakup Banyumas dan Cilacap.
Nama Mahfudin Nigara sesungguhnya sudah menjadi jaminan. Popularitasnya lintas batas, tentu karena perjalanan panjang yang sudah dilaluinya, dan tingkat pergaulan yang dijalaninya.
Dalam belantara jurnalistik, pers, bisa dikatakan naif jika tidak mengenal nama Mahfudin Nigara--yang kerap disapa MN, atau Nig saja. Namanya diakrabi oleh tokoh-tokoh pers senior, serta dikenal dan disegani dikalangan wartawan muda. Nigara, yang tiga Maret lalu tepat berusia 57 tahun, menjadi Wakil Sekjen PWI Pusat pada kepengurusan 1997-2002.
Napas Olahraga dalam bingkai pergaulan olahraga, Mahfudin Nigara, MN atau Nig pastinya menjadi salah satu nama yang tak bisa diabaikan. Ia 'menghabiskan' 34 tahun karir jurnalistiknya sebagai wartawan olahraga. Sebuah perjalanan panjang. Beruntunglah sebagian dari kita yang sudah membaca rangkaian cuplikan catatan perjalanan jurnalistiknya melalui "Diplomasi Kerupuk Udang" yang pastinya memberi berbagai dimensi pembelajaran bagi wartawan muda, atau mereka yang tengah merintis karir jurnalistiknya.
Sebagai wartawan senior, sebagai tokoh olahraga yang sangat memahami spektrum keolahragaan nasional dalam persaingan olahraga global, Mahfudin Nigara menjadi sosok yang ideal untuk menjadi salah satu perwakilan bangsa di DPR RI, sejatinya untuk dapat duduk di Komisi X yang antara lain membidangi Pendidikan dan Olahraga.
Ia sering gregetan dengan kebijakan olahraga yang ditelorkan para anggota dewan yang sama sekali tidak menguntungkan dunia olahraga.
"Olahraga hanya dijadikan tunggangan politik saja," katanya dengan nada tinggi.
"Mereka tak mengerti bahwa olahraga itu harus melalui proses, mereka tak mengerti bahwa proses itu mahal biayanya. Mereka tak mau mengerti bahwa proses itu butuh sarana dan prasarana," katanya lagi.
Lebih parah lagi, masih kata Mahfudin Nigara, mereka benar-benar tidak tahu bahwa olahraga itu sesuatu yang bisa menjaga keutuhan bangsa!
Selain menjadi wartawan olahraga yang berkesempatan dua kali meliput Piala dunia, 1990 Italia dan 1994 Amerika, ia meliput Piala Eropa 1992 di Swedia.
Sejak 1994, ia menjadi komentator olahraga di berbagai televisi. Namun sejak 1995, ia mantab menjadi komentator tinju. Ia bersama Ary Sudarsono dan Tamara Geraldin membawakan acara Clasic Boxing yang ditayangkan di RCTI. Dan sejak pertengahan 2013, ia menjadi sport caster tvOne untuk acara Sport Heavyweight dan Sport Documentary.
Mahfudin Nigara beristrikan Tjut Irda Triany yang juga seorang wartawan. Jika Nigara pernah bekerja di majalah Olympic, harian Kompas, Mingguan BOLA, Media GO, Nusra, Sinar Pagi dan Berita Buana, sang istri adalah mantan Wartawati Majalah Wanita Femina.
Dari pernikahannya dengan Tjut Irda Iriani, keduanya memiliki tiga anak. M.Banda Arya Nigara, Cindra Adzani Firnanda Nigara dan Diandra Saabila Putri Nigara. Nigara juga sempat dipercaya oleh Mensesneg Hatta Rajasa sebagai Direksi Gelora Bung Karno.
Untuk posisi itu, sesungguhnya Amien Rais-lah yang mendorongnya. Antara Nigara dan Amien Rais adalah dua sahabat yang sering bertukar pandangan terkait olahraga, khususnya tinju.
Bagi Nigara, kursi DPR bukanlah tujuan utamanya, tapi ikut menjaga dan mengawal dunia olahraga menjadi konsen utamanya.
"Biar dunia olahraga bisa menjadi tuan di rumahnya sendiri. Biar olahraga Indonesia bisa mencapai pentas dunia. Dan biar para mantan atlet serta pelatih berprestasi memperoleh penghargaan yang semestinya," tutur Mahfudin Nigara.