Pengamat: Era Yusril dan Sutiyoso Sudah Habis
Baik PBB dan PKPI dipastikan tidak memenuhi ambang batas keterwakilan di parlemen.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perolehan suara Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) di pemilu legeslatif tanggal 9 April 2014 memprihantinkan. Walau baru sebatas hasil hitung cepat dari sejumlah lembaga survei, dapat dipastikan hasil resmi hitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak akan jauh berbeda.
Baik PBB dan PKPI dipastikan tidak memenuhi ambang batas keterwakilan di parlemen. Dua petinggi partai ini kemdian keberatan dengan release hitung cepat, bahkan mempertanyakan metode ilmiah yang digunakan sejumlah lembaga survei.
PBB dan PKPI tetap beranggapan raihan suara mereka jauh lebih tinggi dan merasa bisa lolos ke parlemen. Hasil hitungan resmi KPU tetap menjadi pegangan PKPI dan PBB.
Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi berharap elit-elit PBB dan PKPI menyadari, mau belajar mengenai metode ilmiah yang sahih, dipergunakan sejumlah lembaga survei. Tidak semua lembaga survei berkelas abal-abal, namun terikat dengan metodologi ilmiah yang ketat.
"Justru saya mempertanyakan sikap nekat PBB dan PKPI yang tetap maju di pentas politik. Padahal masyarakat kita dewasa ini sudah berbeda sama sekali dengan 10 atau 20 tahun yang lalu. Ibarat produk, PBB dan PKPI sudah mulai tidak diminati orang lagi. Demikian juga dengan ketokohan yang dimiliki PBB dan PKPI, kurang menarik minat pemilih karena miskinnya gagasan dan program aksi," kata Ari," Senin (14/4/2014).
Ari yang juga pengajar Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan Universitas Diponegoro Semarang ini, menambahkan, berpolitik memang menjadi hak setiap warganegara dan tidak ada larangan bagi pembentukkan partai politik.
"Namun banyak elit kita yang tidak menyadari perubahan demografi penduduk muda dan konstelasi politik yang terus berubah. Era Sutiyoso dan Yusril Ihza Mahendra sudah habis. Bukankah semua jabatan penting pernah diemban mereka. Saatnya rakyat butuh alih kepemimpinan nasional. Kini, anak muda yang kaya gagasan dan bersih dari beban sejarah masa lalu harus tampil di kepemimpinan nasional," pungkas Ari Junaedi yang juga pengajar di Program Pascasarjana Universitas Persada Indonesia YAI Jakarta dan Universitas Dr Soetomo Surabaya ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.