Ego dan Kepentingan Menjegal Koalisi Poros Tengah
Jadi, sangat sulit bagi mereka diajak duduk bersama dan menyatukan visi untuk memenangkan pemilihan presiden (pilpres).
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Majelis Pertimbangan (MPP) Partai Amanat Nasional (PAN), Didik J Rahcbini, mengatakan sangat sulit bagi partai berbasis Islam untuk membentuk koalisi atau yang akrab dibentuk sebagai poros tengah.
Saat dihubungi Tribunnews.com, Didik mengatakan partai Islam seperti PAN, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Bulan Bintang (PBB), umumnya memiliki ego dan kepentingan masing-masing. Jadi, sangat sulit bagi mereka diajak duduk bersama dan menyatukan visi untuk memenangkan pemilihan presiden (pilpres).
Pada pemilu 1999, poros tengah bisa dibentuk. Pasalnya, saat itu ada Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur, yang kemudian diusung menjadi calon presiden. Sosok seperti Gus Dur, kata Didik, hari ini sulit ditemukan.
"Kalau pun ada (tokoh poros tengah) itu ada pak SBY (Susilo Bambang Yudoyono) atau (Ketua Umum PAN) Hatta Rajasa," katanya.
PAN sendiri, kata Didik, belum menetapkan koalisi. Sebab, masih harus menunggu hasil perolehan pemilu legislatif 9 April lalu. Namun, kata dia, tidak menutup kemungkinan PAN ikut poros tengah, jika ternyata ada tokoh yang bisa menyatukan semua partai berbasis Islam.
Sejauh ini, yang mulai kepincut membentuk poros tengah adalah PKB, yang mengutus salah satu calon presidennya, Rhoma Irama, untuk bersafari menemui tokoh Islam untuk membentuk poros tengah. Rhoma terakhir bertemu Ketua Umum PPP Suryadharma Ali di kantor DPP PPP, dan tawaran Rhoma direspon positif oleh Suryadharma Ali.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.