Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Eks Ketua Umum PAN Nasihati KPK Soal Pesta Kapitalis di Pilpres 2014

Sebab, praktik politik uang sangat hebat terjadi dalam proses pemilihan anggota legislatif dan para bakal calon presiden-wakil presiden

Penulis: Abdul Qodir
zoom-in Eks Ketua Umum PAN Nasihati KPK Soal Pesta Kapitalis di Pilpres 2014
dok
Ilustrasi uang 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Soetrisno Bachir mengatakan proses Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 bukan pestanya rakyat melainkan pestanya kaum kapitalis.

Sebab, praktik politik uang sangat hebat terjadi dalam proses pemilihan anggota legislatif dan para bakal calon presiden-wakil presiden.

Hal itu disampaikan Soetrisno kepada penyidik saat diperiksa sebagai sebagai saksi kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan di kantor KPK, Jakarta, Rabu (16/4/2014).

"Saya tadi mengobrol-ngobrol sama penyidik KPK. (Saya sampaikan,-red) bapak tugasnya akan lebih banyak nanti. Kenapa? Karena secara Pileg ini adalah pestanya para kapitalis, membagi-bagi uang kepada rakyat. Rakyat kita ini disuap semuanya sekarang," ucap Soetrisno kepada wartawan usai pemeriksaan.

Dengan keadaan seperti itu, Soetrisno menilai keberadaan satu institusi seperti KPK tidaklah cukup. "(Lembaga KPK) harus ada di daerah-daerah karena korupsi nanti akan ada di daerah, karena hasil dari pileg tadi yang ternyata itu menimbulkan dampak yang sangat negatif," ujarnya.

Soetrisno juga melihat, saat ini kompetisi para partai politik dalam memperebutkan kursi RI 1 dan RI 2 sangat kental jadi ajang pestanya kaum kapitalis. Sebab, justru para kaum berduit atau konglomerat yang berada di belakang parpol-parpol tersebut.

"Sowan para capres itu dijamu oleh para konglomerat untuk dipertemukan. Jadi, inilah yang menurut saya tragis. Perlu ada pemikiran kembali, apakah demokrasi yang kita pilih ini benar? Menurut saya ini salah," ujarnya.

Berita Rekomendasi

Apakah anda punya bukti pesta kaum kapitalis itu terjadi pada Pileg 2014 saat ini?

"Saya kemarin ke Bali. Saya tanya beberapa pegawai, Anda milih apa? Saya milih untuk DPR dari partai ini, DPRD dari partai itu dan DPD memilih orang ini. Lho kok beda-beda? Jawabnya, karena tarifnya beda-beda, kami pilih tarif yang paling tinggi. Itu (situasi) rakyat biasa yang saya kira ada di mana-mana,"ujarnya.

Soetrisno menambahkan, dirinya diperiksa sebagai saksi karena pernah menjual rumahnya seharga Rp 1,8 miliar melalui perantara di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, pada 2007. Belakangan Soetrisno baru tahu, bila pembeli rumahnya itu adalah adik Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Wawan, yakni orang yang saat ini menjadi tersangka kasus TPPU di KPK.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas