Ketua MPR Sebut Politik Uang Jadi Penyebab Caleg Muka Lama Gagal
Sidarto menyebut dirinya mendengar kabar Eva Kusuma Sundari dan Dewi Aryani tidak lolos ke DPR
Penulis: Danang Setiaji Prabowo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi senior PDIP yang juga Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Sidarto Danusubroto, mengungkapkan banyak politisi wajah lama tidak lolos ke Senayan usai pemilu legislatif 2014.
Dari partainya sendiri, Sidarto menyebut dirinya mendengar kabar Eva Kusuma Sundari dan Dewi Aryani tidak lolos ke DPR. Sedangkan dari parpol lain, ada Hajriyanto Y Tohari dan Priyo Budi Santoso dari Golkar yang juga tidak lolos sebagai anggota DPR.
Sidarto pun menilai caleg incumbent kalah dalam pemilu legislatif 2014 dikarenakan banyaknya serangan fajar. Menurutnya politik uang dalam pemilu 2014 lebih dahsyat dibanding pemilu 2009.
"Tokoh-tokoh lama banyak kalah. Pak Marzuki Alie juga kalah. Ini saya dengar dari koran-koran. Wasalam semua. Ibu Melanie (Wakil Ketua MPR) juga masih diam saja. Sekarang orang Demokrat rata-rata berdiam diri semua. Di Jakarta, ada satu dapil yang (suara) Demokrat hilang semua," ujar Sidarto di kawasan Cikini, Minggu (20/4/2014).
"Terus terang, money politics dahsyat sekali dibanding 2009. Kadang seorang incumbent yang sudah menata jaringannya lima sampai 10 tahun, dikalahkan serangan fajar. Paling ingatnya NPWP. Nomor Piro Wani Piro," ujarnya.
Sidarto beranggapan masih maraknya politik uang dikarenakan banyak rakyat Indonesia yang pendidikannya masih menengah ke bawah. Menurutnya untuk mencapai level demokrasi seperti di Amerika maupun Eropa Barat, pendidikan pemilih minimal harus lulus SMA.
"Kita menghadapi publik yang pendidikannya masih menengah kebawah. Kebanyakan SMP, penghasilannya ya juga setara dengan itu. Di Amerika dan Eropa Barat, sarjana banyak sekali dan perutnya sudah kenyang. Sehingga ketokohan yang dicari," tuturnya.
"Saya dapat SMS, harga sapi Rp 8 juta, kerbau Rp 10 juta. Harga kepala manusia saat pemilu legislatif Rp 200 ribu. Saya juga dengar ada yang sampai habis Rp 10 miliar untuk jadi anggota dewan," tukasnya.