Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Semua Partai Pragmatis, Pentingkan Duit dan Kekuasaan

ada lembaga yang memprediksi suatu partai memperoleh suara tinggi sekali, dan perolehan partai berbasis massa Islam bakal hancur

Penulis: Danang Setiaji Prabowo
zoom-in Semua Partai Pragmatis, Pentingkan Duit dan Kekuasaan
Warta Kota/Nur Ichsan
KIRAB PEMILU DAMAI - Iring-iringan kendaraan parpol peserta pemilu legislatif, dengan mengusung panji partai masing-masing melintasi jalan protokol di Kota Tangerang, untuk menyampaikan sosialisasi pemilu jujur dan damai, Sabtu (15/3/2014). Kegiatan yang digelar KPU Kota Tangerang yang diikuti 12 parpol yang didukung simpatisan dan pendukungnya ini untuk mengingatkan kepada masyarakat untuk memberikan hak suaranya pada tanggal 9 April mendatang. (Warta Kota/Nur Ichsan) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Budiarto Shambazy memberikan kritik pedas kepada parpol-parpol. Parpol saat ini dinilai bersikap pragmatis karena hanya mengejar uang dan kekuasaan.

Budiarto menyinggung hal tersebut saat menjelaskan mengenai fenomena lembaga survei saat ini yang hasil surveinya sering berbeda jauh dengan hasil sesungguhnya. Menurutnya ada lembaga yang memprediksi suatu partai memperoleh suara tinggi sekali, dan perolehan partai berbasis massa Islam bakal hancur.

"Kenyataannya beda sekali. Bagai siang dan malam. Surveyor kita kurang mendalami ideologi politik. Politik jadi industri," ujar Budiarto di kawasan Cikini, Minggu (20/4/2014).

Budiarto menuturkan sikap lembaga survei tersebut juga tak lepas dari sikap parpol yang cenderung pragmatis. Sehingga tak ada lagi partai yang benar-benar memegang ideologinya, dan hanya mengejar kekuasaan semata.

"Sekarang semua partai pragmatis. Enggak ada lagi yang punya ideologi. Pragmatis itu duit, semua mengejar kekuasaan," cetusnya.

Ia juga mengkritik masa kampanye yang tidak dimanfaatkan parpol untuk menjabarkan isu yang dibawanya dalam debat politik. Menurutnya kegiatan kampanye partai hanya diisi acara dangdutan dan diakhiri serangan fajar.

"Biasanya dalam kampanye, yang datang cuma dangdutan, Aqua (kemasan air mineral), serangan fajar. Sekarang semua saling sibuk menjatuhkan. Sekarang asal jangan dia. Itu yang terasa sekali. Tidak ada yang ngomong isu substansi. Pemilu 2004, 2009, enggak begini," imbuhnya.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas