Pimpinan MPR Nilai Politik Uang Pemilu 2014 Lebih Merajalela
Politik uang itu semakin terbuka dan merajalela dalam pemilu kali ini
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari menilai politik uang pada Pemilu 2014 semakin meningkat dibandingkan sebelumnya. Politik uang itu semakin terbuka dan merajalela dalam pemilu kali ini.
"Kalau dulu orang hanya memilih tanda gambar, sehingga rakyat sulit mencari politik uang," kata Hajriyanto dalam diskusi di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (21/4/2014).
Ia mengungkapkan sejumlah faktor yang membuat politik uang meningkat. Salah satunya, sistem pemilu yang terbuka dengan berujung persaingan antar caleg internal partai politik. Kemudian tingkat kemiskinan serta pendidikan pemilih yang sangat minimal (SD/ SMP). Meskipun ada anomali terkait faktor tersebut.
"Di sejumlah tempat, semakin tinggi pendidikan semakin mahal. Kalau miskin Rp 25 ribu, yang mahal Rp 50ribu. Kultur politik pemilihan kepala desa sudah hal yang lazim membagikan amplop sebagai finishing touch, tembakan terakhir," imbuhnya.
Terakhir terdapat kultur budaya politik dimana uang menjadi faktor penentu masyarakat memilih seseorang. Ia menyayangkan tidak bekerjanya lembaga pengawasan dalam kasus tersebut. "Ini kan bukan delik aduan seperti mencemarkan nama baik, ini pidana sehingga tidak perlu adanya aduan," imbuhnya.
Politisi Golkar itupun menyarankan agar partai politik melakukan pembenahan secara total. "Sebab jika tidak dibenahi kita takut DPR kedepannya dicap menangnya lewat amplop," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.