Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jasmev Sangkal Relawan Sosial Media Jokowi Dibayar

Koordinator Relawan Jasmev, Kartika Djoemadi memastikan pasukan cyber pendukung Calon Presiden Joko Widodo tidak dibayar

Editor: Ade Mayasanto
zoom-in Jasmev Sangkal Relawan Sosial Media Jokowi Dibayar
TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO/FX ISMANTO
DEE KARTIKA DAN BUDI PROJO - Dyah Kartika Rini Djoemadi akrab dipanggil Kartika Djoemadi atau dikenal Dee Dee Kartika, Koordinator Jokowi Social Media Valunteers (JASMEV) didampingi Budi Arie Setiadi , Koordinator Nasional PDIP Projo, hadir dalam acara Dialog dan Livechate bersama Tribun Jakarta, Kamis (3/4/2014) yang berlangsung di Kantor Tribun Jakarta. (TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Relawan Jokowi Advanced Social Media Volunteers (Jasmev), Kartika Djoemadi memastikan pasukan cyber pendukung Calon Presiden Joko Widodo tidak dibayar. Lantaran bersifat terbuka dan longgar, setiap anggota bisa mengibarkan bendera relawan Jokowi di masing-masing komunitas.

"Para relawan itu tidak ada yang dibayar. Kami bersinergi dengan banyak komunitas relawan Jokowi yang lain di media sosial," kata Kartika kepada Tribunnews melalui pesan pendek di Jakarta, Selasa (22/4/2014).

Ia menjelaskan, relawan Jokowi mencapai ribuan orang. Mereka tersebar di semua kanal media sosial. "Keunikan Jasmev adalah seluruh anggotanya adalah real dan bukan bot, sehingga kredibilitasnya jauh lebih tinggi dibanding buzzer yang dibayar khusus untuk kampanye," ungkapnya.

Menurutnya, istilah panasbung alias pasukan nasi bungkus muncul sejak Jokowi maju di pemilihan gubernur DKI Jakarta. "Saat itu kubu Fauzi Bowo memang menyewa banyak buzzer untuk berkampanye secara khusus melawan relawan Jokowi yang berjumlah ribuan," imbuhnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon membuat puisi berjudul "Pasukan Nasi Bungkus". Puisi itu berisi tentang maraknya akun siluman di dunia maya. Ia menengarai pemilik akun-akun palsu tersebut dibayar untuk membuat komentar di melalui media sosial. Akun tersebut juga digunakan untuk menyebarkan fitnah. Menurut Fadli, fenomena seperti ini hanya ada di Indonesia.

"Malaysia enggak, Amerika enggak. Di sini gampang buat akun baru," ujarnya.

Melalui puisi baru yang dibuatnya, Fadli berharap ada tindakan tegas atas akun yang digunakan untuk menyebarkan fitnah melalui internet tersebut. "Banyak orang tidak jelas yang membuat cacian. Tidak ada risiko karena identitasnya tidak jelas," kata Fadli.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas