Koreksi Berita Pengamat Politik Zaki Mubarak Soal Iklan RIP Jokowi
Zaki merasa keberatan atas pemberitaan di Tribunnews.com tersebut
Penulis: Danang Setiaji Prabowo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Zaki Mubarak memberikan hak koreksinya atas berita di Tribunnews.com berjudul http://www.tribunnews.com/nasional/2014/05/11/jokowi-bikin-pencitraan-dizalimi-untuk-pikat-simpati-orang-orang-pelosok-desa#comments.
Zaki merasa keberatan atas pemberitaan di Tribunnews.com tersebut sebab hasil wawancara tersebut telah dimuat tidak utuh karena ada beberapa bagian penting yang justru hilang.
"Akibatnya pemberitaan menjadi tidak berimbang serta potensial memunculkan distorsi. juga tidak sesuai dengan substansi yang saya maksudkan dalam wawancara itu," kata Zaki saat memberikan hak koreksi kepada Tribunnews.com, Selasa(13/5/2014).
Menurut Zaki, munculnya iklan RIP Jokowi tersebut bisa dilakukan oleh siapa saja, bisa dari mereka yang menentang Jokowi ataupun yang mendukung Jokowi sendiri. Bila yang melakukan adalah mereka yang kontra atau penentang Jokowi kata Zaki maka itu adalah black campaign atau kampanye hitam yang maksudnya untuk menjatuhkan Joko Widodo dengan memberi stigma Jokowi sebagai etnis Tionghoa dan non muslim. Tapi mungkin juga sebagai sebuah strategi yang didesain oleh para pendukung capres Jokowi untuk mendapatkan simpati publik dengan memposisikan Jokwi sebagai sosok yang teraniaya.
"Jadi tidak benar kalau saya mengatakan bahwa pembuatan iklan RIP Jokowi itu adalah pasti dari pendukung Pak Jokowi sendiri. Semoga bisa mengklarifikasi," ujarnya.
*CATATAN: Sebelumnya Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Zaki Mubarak terkait iklan RIP Joko Widodo mengatakan pencitraan dizalimi tidak begitu efektif untuk masyrakat perkotaan dan kelas menengah atas karena mempunyai pengalaman berpolitik yang cukup.
"Untuk perkotaan, (pencitraan dizalimi) tidak efektif. Yang disasar dari pencitraan palsu adalah masyarakat menengah ke bawah dan pedesaan. Yang pengalaman politiknya tidak tinggi. Di desa-desa, kuat kesan masyarakat bahwa Jokowi dizalimi, disakiti. Jokowi membaca itu sehingga bermain pencitraan palsu seolah dizalimi," ujar Zaki saat dikonfirmasi, Minggu (11/5/2014).
Zaki berpendapat seharusnya di negara demokrasi modern, tidak lagi bermain pencitraan palsu demi meraup suara dalam sebuah pemilu. Menurutnya akan lebih sehat jika para kandidat beradu visi misi dan gagasan ketimbang hanya bermain di sisi pencitraan.
"Karena Jokowi sepertinya tidak punya visi misi, gagasan, dan argumen yang kuat, maka dia bermain di pencitraan palsu yang sangat sederhana. Karena (yang disasar) adalah masyarakat menengah kebawah," tukasnya.