Pramono Edhie Dicawapreskan, Sigma: Dahlan Bisa Gugat SBY ke Pengadilan
Tapi, ketika raihan suara Demokrat tidak memungkinkan untuk mengusung capres sendiri, maka logika politiknya harus berkoalisi.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahuddin menilai harusnya Partai Demokrat (PD) memperjuangkan nasib pemenang konvensi Calon Presiden (Capres) yang sudah diumumkan, yakni Dahlan Iskan, pada Jumat (16/5/2014) kemarin.
Memang, kata Pengamat Politik dari Sigma ini, konvensi digelar untuk mengusung capres dari Partai Demokrat. Tapi, ketika raihan suara Demokrat tidak memungkinkan untuk mengusung capres sendiri, maka logika politiknya harus berkoalisi.
Karena itu--dalam hal koalisi yang dibangun-- tidak memungkinkan bagi pemenang konvensi untuk diajukan sebagai capres. Tapi, mestinya pemenang konvensi capres oleh Partai Besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), diperjuangkan agar bisa dimajukan sebagai cawapres.
"Itu sudah semestinya dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban Demokrat terhadap pemenang konvensi yang sudah berjuang habis-habis selama mengikuti proses konvensi sejak tahun lalu," ungkap Said ketika dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (17/5/2014).
"Nah, sebagai pemenang konvensi, Dahlan itu kan sudah banyak berkorban. Dia sudah mengorbankan waktunya, menguras tenaganya, mencurahkan segenap pikirannya, serta mengeluarkan biaya yang pastinya tidak sedikit demi Partai Demokrat. Dia juga punya pendukung yang sudah berkontribusi memenangkan dirinya. Kesemuanya itu sudah seharusnya dihargai oleh SBY," tambah Said.
Diberitakan, Golkar dan Demokrat dipastikan bakal membentuk poros baru untuk hadapi pemilu presiden 2014. Pasangan capres dan cawapresnya pun sudah disiapkan, meskipun bukan dari pemenang hasil konvensi capres Partai Demokrat. Yakni mengusung Aburizal Bakrie (Ical) dengan Pramono Edhie Wibowo.
Dia juga sangat menyayangkan kalau yang diusung sebagai cawapres bukanlah pemenang konvensi. Karena menurutnya, meskipun Pramono Edhie berlatar belakang militer, tak bisa dijadikan alasan menyingkirkan Dahlan sebagai pemenang Konvensi.
"Begitupun dengan latar belakang militer Pramono Edhie yang dijadikan sebagai alasan menyingkirkan Dahlan. Mestinya ketentuan tentang militer bisa diprioritaskan juga dijelaskan sejak awal konvensi. Faktanya, semua ketentuan itu kan tidak pernah dijelaskan dan tidak dibuat dalam aturan konvensi," tandasnya.
"Jadi menurut saya Dahlan ini sudah dizalimi oleh SBY. Dia sudah ditipu mentah-mentah oleh Demokrat. Ini jelas permainan politik yang kotor. Atas hal itu, saya kira Dahlan bisa mengambil langkah untuk menggugat SBY ke Pengadilan. Bila perlu dia keluar saja dari Demokrat," jelasnya kemudian.