Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Arbi Sanit: Takut Kalah Serangan Politik di Pilpres Sudah Brutal

“Sudah brutal. Baik yang dilakukan calon maupun timnya, ini sudah sangat kalap, sudah main kayu ibaratnya,” kata pengamat politik UI Arbi Sanit.

Penulis: Hasanudin Aco
zoom-in Arbi Sanit: Takut Kalah Serangan Politik di Pilpres Sudah Brutal
TRIBUN/DANY PERMANA
Calon Presiden Joko Widodo (kiri) dan Prabowo Subianto (kanan) menghadiri debat Capres di Hotel Gran Melia, Jakarta, Minggu (15/6/2014). Debat Capres yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum tersebut merupakan rangkaian menuju proses Pilpres yang akan digelar 9 Juli mendatang. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Serangan politik dalam pertarungan menghadapi Pemilu Presiden (Pilpres) tanggal 9 Juli mendatang sudah semakin tajam dan cenderung menghalalkan segala cara.

Serangan politik yang cenderung kampanye hitam seperti surat palsu, transkrip palsu, dinilai bukti ada ketakutan kalah berkompetisi sehingga apapun dilakukan untuk menyerang lawan.

“Sudah brutal. Baik yang dilakukan calon maupun timnya, ini sudah sangat kalap, sudah main kayu ibaratnya,” kata pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit, Kamis (19/6/2014).

Arbi menilai, sengitnya pertarungan dan tajamnya saling serang karena Pilpres 2014 ini hanya diikuti oleh dua pasang calon.

Karenanya, bagi yang merasa peluang menangnya kecil akan melakukan serangan membabibuta bagi pasangan calon yang punya peluang menangnya lebih besar.

“Kalau hanya dua calon seperti sekarang, kalah ya kalah, tidak akan ada harapan bisa bertarung di putaran dua seperti kalau calonnya lebih banyak,” ungkapnya.

Jadi menurut Arbi, saat ini dimana dinamika politik semakin memanas kedua pasangan calon memang sama-sama melakukan serangan politik.

Hanya saja, kata dia, ada serangan yang masuk kategori kampanye negatif dan ada yang masuk kategori kampanye hitam. Yang tidak boleh, kata dia, adalah kampanye hitam yakni kampanye atau menyerang lawan politik dengan berbasis fitnah.

“Bagi yang merasa diserang, silahkan saja melakukan serangan balik, yang penting punya dasar, bukan fitnah. Jadi calon pemimpin enggak boleh cengeng,” ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas