Arbi Sanit: Serangan Politik Sudah Kian Brutal
Serangan yang cenderung berbentuk kampanye hitam ini dianggap sudah membuktikan ada ketakutan kalah berkompetisi
Editor: Gusti Sawabi
Tribunnews.com, Jakarta — Serangan politik jelang Pemilu Presiden 2014 sudah semakin tajam dan cenderung menghalalkan segala cara. Serangan yang cenderung berbentuk kampanye hitam ini dianggap sudah membuktikan ada ketakutan kalah berkompetisi sehingga apa pun dilakukan untuk menjatuhkan lawan.
"Sudah brutal. Baik yang dilakukan calon maupun timnya, ini sudah sangat kalap, sudah main kayu ibaratnya," kata pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Arbi Sanit, Kamis (19/6/2014).
Ia menilai, sengitnya pertarungan dan tajamnya serangan itu terjadi karena Pilpres 2014 ini hanya diikuti oleh dua pasang calon presiden dan wakil presiden. Karenanya, bagi yang merasa peluang menangnya kecil akan melakukan serangan membabi buta kepada pasangan calon yang punya peluang menangnya lebih besar.
"Kalau hanya dua calon seperti sekarang, kalah ya kalah, tidak akan ada harapan bisa bertarung di putaran dua seperti kalau calonnya lebih banyak," ujarnya.
Menurut Arbi, dinamika politik semakin memanas sekarang ini dimanfaatkan oleh kedua kubu calon untuk sama-sama melakukan serangan politik. Hanya saja, kata dia, ada serangan yang masuk kategori kampanye negatif dan ada yang kampanye kotor atau hitam. Kampanye hitam sangat disayangkan karena cenderung memfitnah lawan.
"Bagi yang merasa diserang, silakan saja melakukan serangan balik, yang penting punya dasar, bukan fitnah. Jadi calon pemimpin enggak boleh cengeng,” kata Arbi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.