Ray Rangkuti: Jika Fahri Hamzah Mau Kritik, Jangan Pakai Kata 'Sinting'
Pemuatan kata "sinting" di akhir kicauan Fahri yang menyoal janji Jokowi itu adalah diksi kebencian, bukan kritik.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti menyayangkan pernyataan dari Fahri Hamzah, anggota tim pemenangan pasangan calon presiden-wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, terkait janji calon presiden Joko Widodo untuk menetapkan 1 Muharam menjadi Hari Santri Nasional.
Menurut Ray, dari pernyataan itu terlihat Fahri tak bisa membedakan antara kritik yang membangun dan kebencian. Pemuatan kata "sinting" di akhir kicauan Fahri yang menyoal janji Jokowi itu adalah diksi kebencian, bukan kritik.
"Fahri membuat definisi sendiri tentang bagaimana ia berbuat dan berkata, lalu menyebut tindakannya sebagai kritik. Dia sedang tidak berbicara di ruang yang kedap suara, tetapi di ruang publik yang memiliki pandangan dan definisi tentang apa itu kritik, kebencian, dan sarkasme," kata Ray melaui pesan elektronik, Rabu (2/7/2014).
Kritik Fahri soal janji Hari Santri itu disampaikan lewat akun Twitter @fahrihamzah pada Kamis (27/6/2014). Dia menulis, "Jokowi janji 1 Muharam hari santri. Demi dia terpilih, 360 hari akan dijanjikan ke semua orang. Sinting!"
Jika memang Fahri ingin mengkritik, Ray berpendapat penggunaan kata "sinting" tersebut tidak tepat. Menurut dia, Fahri punya banyak pilihan kata yang lebih halus. "Kritik tidak dengan sendirinya membenarkan munculnya kata-kata yang secara umum dipergunakan untuk menggambarkan ketidakwarasan," kata dia.
Bahkan, imbuh Ray, kalimat tweet Fahri tak mengandung nada kritik selain hanya sekadar pengumbaran kata yang menggambarkan perasaan hati Fahri daripada penilaian kritis. Lagi pula, kata dia, permintaan 1 Muharam ditetapkan menjadi Hari Santri Nasional merupakan usul dari banyak santri yang kemudian ditampung Jokowi.
Karena itu, kata Ray, menyebut persetujuan Jokowi atas usulan tersebut sebagai "sinting" dapat diartikan secara tidak langsung turut mengatakan para santri sebagai pengusul juga sinting. "Karena hal ini menyangkut norma sosial yang berlaku, maka benar adanya sebaiknya hal ini segera dituntaskan oleh Bawaslu," ujar dia.
Ray berharap Bawaslu segera menentukan apakah tweet Fahri ini masuk kategori pelecehan atau memang semata ungkapan kekritisan. "Mengingat waktu pemilu makin dekat, sebaiknya Bawaslu segera dapat menyelesaikannya sehingga kita bisa membedakan apa itu kritik dan apa itu kebencian," tutur dia.
Sebelumnya, Fahri membantah tweet-nya soal janji Jokowi menetapkan 1 Muharam sebagai Hari Santri merupakan hinaan untuk Jokowi. Dia berkilah, kicauannya itu merupakan kritik bagi Jokowi.