Hitung Cepat Butuh Biaya Mahal
Mantan Direktur Eksekutif INES Irwan Suhanto mengaku tak mudah melakukan hitung cepat. Selain persiapan matang, juga membutuhkan biaya besar.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Direktur Eksekutif INES Irwan Suhanto mengaku tak mudah melakukan hitung cepat atau quick count. Selain persiapan matang, hitung cepat juga membutuhkan biaya besar.
"Tidak mungkin survei atau hitung cepat dilakukan dalam hitungan hari. Apalagi hanya mengeluarkan dana ratusan juta dengan ribuan responden," kata Irwan dalam diskusi di kantor YLBHI, Jakarta, Rabu (16/7/2014).
Mahalnya biaya survei atau hitung cepat, mengundang peneliti merekayasa dengan manipulasi data. Menurut Irwan, hal itu sangat mungkin dilakukan karena untuk menaikkan persentase, hasilnya dapat diubah.
"Kalau survei bisa dimanipulasi, hitung cepat bisa (dimanipulasi, red) juga. Ini tinggal dinaikkan saja persennya," sambung Irwan.
Mantan Anggota Dewan Pers Agus Sudibyo mengatakan satu kali survei atau hitung cepat butuh dana miliaran rupiah. Menurutnya, dana tersebut habis sebagai operasional melakukan survei ataupun hitung cepat.
"Untuk survei 1.200 responden misalnya butuh dana Rp 1,5 sampai Rp 2,2 miliar. Sementara lembaga survei yang hanya perseroan terbatas dan tidak logis memiliki dana sebesar itu," sambung Agus.