Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

KH Maman: Tradisi NU Akhiri Gegeran Jadi Ger-Geran

KH Maman Imanulhaq meminta warga Nahdlatul Ulama memelihara tradisi mengakhiri gegeran atau pertikaian menjadi ger-geran atau senda gurau.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Y Gustaman
zoom-in KH Maman: Tradisi NU Akhiri Gegeran Jadi Ger-Geran
HO/Tribunnews
KH Maman Imanulhaq (berdiri berkopiah putih) memberi pencerahan kepada para relawan Jokowi-JK dalam acara Seribu Lilin Relawan Jokowi JK Untuk Rakyat Palestina, di Tugu Proklamasi, Jakarta, Jumat (11/7/2014). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nahdlatul Ulama memiliki tradisi mengakhiri gegeran atau pertikaian menjadi ger-geran atau senda gurau. Tradisi ini diharapkan diindahkan seluruh warga NU menyikapi rekapitulasi hasil penghitungan dan perolehan suara Pilpres 2014 yang dilakukan KPU 22 Juli 2014.

Demikian disampaikan KH Maman Imanulhaq, Pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan, Majalengka, Jawa Barat dalam acara 'Ritual I'tikaf, Dzikir Ayat Kursi, Khataman Quran dan Buka Bersama Anak yatim & Kaum Dhu'fa,' di Tugu Proklamasi, Jakarta, Minggu (20/7/2014) malam.

Sehingga apapun hasil keputusan KPU nanti berakhir dengan damai dan diterima dengan lapang dada baik oleh pendukung yang menang mau pun yang kalah. Karena pada dasarnya, keputusan KPU nanti adalah kemenangan rakyat Indonesia sebagai pemegang hak pilih paling utama.

"Saya yakin pilpres yang berjalan aman, damai dan tertib akan mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden yang berhasil mengawal proses demokrasi di negara kelima terbesar di dunia ini,” tegas Kiai Maman dalam pernyataannya kepada Tribunnews.com.

Ia yakin dengan berakhirnya Pemilu 2014 berakhir damai, Presiden SBY husnul khotimah (berakhir baik) dalam mengakhiri masa jabatannya nanti. Sebaliknya, jika pascapilpres justru yang terjadi kekacauan, SBY mengkahiri masa baktinya dengan su'ul khotimah (berakhir buruk), dan akan mencoreng wajah Indonesia.

Kiai Mamang mengimbau seluruh rakyat Indonesia mendukung keutuhan NKRI yang bukan sekadar kewajiban Presiden SBY, Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan Kapolri Jenderal Sutarman.

Berita Rekomendasi

Sementara KH Masrur Ahmad, Ketua Forum Salaman Merapi (Silahturohmi Alim Ulama dan Tokoh Lintas Iman seputar wilayah Gunung Merapi), meminta elite bangsa tidak perlu mengadu domba rakyat. Kiai kharismatis ini mengajak semua elemen bangsa bijak belajar budaya demokrasi.

“Dalam konteks Pilpres 2014, Ibu Pertiwi kita diajari untuk menjadi dewasa sebagai bangsa besar. Para elit politik pendukung capres harus menunjukkan sebagai pemimpin bangsa besar yang menawarkan hati sabar. Kita semua bisa membaca jelas apa yang terjadi dalam demokrasi kali ini,” ujar Masrur.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Qodir, Cangkringan, Yogyakarta, ini menambahkan, jika terjadi kekacauan, bangsa Indonesia tahu siapa yang bermain. Pilpres 2014 telah menunjukkan Indonesia bangsa besar, cerdas yang bisa memilih dan ikut menentukan masa depan bangsa berdasarkan hati nuraninya.

"Bangsa Indonesia harus bangkit dan bergerak menjadi bangsa yang besar. Jangan lagi ada dusta di antara kita sebagai anka bangsa. Kita semua bisa melihat kok siapa yang bermain dalam panggung politik dan siapa yang tidak nampak," imbuhnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas