Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Qodari Tak Duga Ada yang Berani "Mainkan" Quick Count

Hamdi Muluk mengakui, saat ini memang semakin banyak lembaga survey yang bekerja asal-asalan.

Penulis: Abraham Utama
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Qodari Tak Duga Ada yang Berani
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Peneliti Indo Barometer, M Qodari berdialog dalam acara Polemik Efek Anas Makin Panas , di Jakarta, Sabtu (2/3/2013). Dialog tersebut mengulas kemelut di tubuh Partai Demokrat pascakemunduran Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum, karena telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi hambalang oleh KPK. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abraham Utama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Indo Barometer Mohammad Qodari tidak pernah menduga ada pihak yang berani 'memainkan' hitung cepat (quick count).

"Saya tidak pernah menduga ada orang yang memainkan quick count. Ini tanggungjawabnya besar karena ini merupakan hasil akhir," ujar Qodari dalam diskusi yang diinisiasi Persepi, bertemakan 'Survey dan Media Sosial Dalam Demokrasi Indonesia' di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta, Jumat (22/8/2014) sore.

Qodari secara tersirat menyindir Jaringan Suara Indonesia (JSI) dan Pusat Studi Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), dua lembaga survey yang dikeluarkan Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) medio Juli lalu.

Qodari menjelaskan, metode hitung cepat kedua lembaga tadi, yang berbeda dengan mayoritas lembaga survey anggota Persepi, sangat mudah ditelusuri dan dilacak.

Melihat keberadaan lembaga survey semacam ini, Qodari mengungkapkan Persepi tidak bisa menjadikan kompetensi sebagai akar persoalan.

"Ini lebih dari kompetensi dan sertifikasi, karena lembaga yang satu lagi paham metodologi tapi hasilnya juga aneh," ucapnya.

BERITA TERKAIT

Hal yang sama juga dirasakan anggota Dewan Etik Persepi, Hamdi Muluk.

Ia mengakui, saat ini memang semakin banyak lembaga survey yang bekerja asal-asalan.

"Kami sepertinya harus lebih ketat. Kami tidak boleh lagi toleran. Perlu pengetatan," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas