Inspirasi Kegigihan Abizard, Penyandang Disabilitas yang Ingin Jadi Dubes RI di Jepang
"Saya ingin jadi dubes Indonesia untuk Jepang," kata Abizard bersemangat saat ditemui di kampus FHUI, Depok.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Abizard Giffari Nasi (21) sedang berbincang dengan ibu dan kakeknya di lobi Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI).
Mengenakan kemeja biru dan tongkat di tangan Abizard sedang menunggu ujian SBMPTN 2017 untuk anak berkebutuhan khusus pada Selasa (16/5/2017). Ia merupakan penyandang disabilitas tunanetra.
Abizard tersenyum ramah saat ditemui Tribunnews.com di lobi. Ia berangkat dari rumahnya di Cengkareng, Jakarta Barat, sejak pukul 06.30 WIB menuju kampus Universitas Indonesia di Depok.
"Saya ingin jadi dubes Indonesia untuk Jepang," cerita Abizard bersemangat.
Abizard mencintai bahasa asing khususnya Jepang. Kesukaannya sudah tumbuh sejak umur 14 tahun lewat kartun anime Jepang.
Penguasaan bahasa asingnya bertambah sejak ia ikut Bimbel Mitra Netra di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Ia juga fasih berbahasa Jerman.
Sambil tersenyum, Abizard optimistis diterima di jurusan Hubungan Internasional UI atau UGM. Keyakinan masuk salah satu universitas terkemuka di Indonesia ditunjukkannya dengan ikut bimbel Mitra Netra.
Di sana, dia belajar dari guru bidang ujian perguruan tinggi. "Materinya ada yang dibacakan dan direkam," kata pria yang hobi bermain alat musik itu.
Abizard juga tercatat sebagai pengajar lepas bahasa Jepang di SMA 85 Jakarta sejak empat tahun lalu. Ia menilai penyandang disabilitas juga memiliki potensi yang sama.
"Saya belajar banyak dari teman yang sudah masuk perguruan tinggi negeri, membaca melalui komputer atau braille," Abizard menambahkan.
Peserta berkebutuhan khusus lainnya, Lintang Sandi, optimistis diterima di Sastra Indonesia Universitas Indonesia. Lintang mengalami gangguan celebral palsy.
"Saya baru lulus, menurut tutor baiknya masuk Sastra Indonesia," kata Lintang.