Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

CIPS Soroti Kualitas Guru Indonesia di Momen Hari Guru Sedunia

Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menegaskan peningkatan kualitas guru harus masuk dalam prioritas pemerintah.

Editor: Fathul Amanah
zoom-in CIPS Soroti Kualitas Guru Indonesia di Momen Hari Guru Sedunia
Istimewa
Sejumlah guru honorer di Kabupaten Garut menggelar aksi unjuk rasa, Sabtu (15/9/2018). Aksi mogok mengajar dan unjuk rasa akan kembali dilakukan selama dua hari pada 17-18 September. 

TRIBUNNEWS.COM - Hari ini 5 Oktober 2018 diperingati sebagai Hari Guru Sedunia.

Dalam momen ini, Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) memberikan pandangannya tentang potret pendidikan di Indonesia.

Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menegaskan peningkatan kualitas guru harus masuk dalam prioritas pemerintah dalam membenahi dunia pendidikan.

Baca: Peringati Hari Guru Sedunia, Kemendikbud Gelar Lokakarya Nasional

Sebagai tulang punggung pendidikan, guru yang memiliki kompetensi memadai diharapkan mampu mendidik para siswa menjadi manusia produktif saat Indonesia mengalami bonus demografi ke depan.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pandu Baghaskoro, mengatakan bahwa dalam beberapa waktu terakhir, pemerintah sudah mengupayakan peningkatan kualitas serta kesejahteraan guru.

Dua program yang gencar dilakukan pemerintah adalah program sertifikasi dan tunjangan profesi guru. Namun keduanya tidak lepas dari permasalahan.

“Keterbatasan dana pemerintah dalam membiayai peserta sertifikasi serta beban waktu dan tanggung jawab guru merupakan beberapa masalah utama yang tengah dihadapi kini. Guru diwajibkan untuk mengikuti program sertifikasi yang berlangsung di kampus selama lima minggu. Hal ini membuat pihak sekolah harus mencari pengganti kekosongan guru di sekolahnya. Alhasil ada segelintir guru yang harus rela mengundurkan diri dari sekolah untuk mengikuti program sertifikasi ini. Lagi-lagi siswa yang dikorbankan,” ujar Pandu, melalui keterangan tertulis, Jumat (5/10/2018).

BERITA TERKAIT

Pandu mengatakan, selain banyaknya jumlah guru yang belum mendapat sertifikasi, mengakibatkan guru-guru belum memiliki hak untuk menerima tunjangan profesi yang telah disediakan pemerintah.

Pasalnya, masih banyak guru yang belum memiliki pendapatan yang memadai, sehingga kesejahteraan guru belum sepenuhnya terjamin.

Kondisi seperti itu, ucapnya, banyak dialami oleh guru berstatus honorer, kontrak, atau non-PNS.

"Hal ini dirasa tidak adil, sebab seluruh guru non-PNS memiliki andil yang sama dalam mendidik dan mengajar anak-anak bangsa. Namun hanya sebagian kecil yang berkesempatan untuk meningkatkan derajat hidup mereka, itu pun kalau semuanya dinyatakan lulus tes CPNS,” katanya.

Pandu menuturkan, di satu sisi, negara membutuhkan guru-guru yang memiliki kompetensi baik untuk masa depan anak bangsa.

Menurut dia, guru-guru membutuhkan jaminan atas kesejahteraan hidupnya.

Untuk itu, sebaiknya pemerintah membuka kesempatan yang sama bagi semua guru non-PNS untuk mengikuti persaingan terbuka dalam tes CPNS.

Kesempatan ini juga dapat dijadikan ajang sebagai pembuktian kompetensi mengajar mereka.

"Walaupun guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, bukan berarti mereka tidak perlu tanda jasa. Karena mengemban misi mulia bagi masa depan bangsa, tentulah mereka harus sejahtera," ujar Pandu.

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Hari Guru Sedunia, CIPS Soroti Kualitas Guru di Indonesia

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas