UPH Dorong Penggunaan VR, AR, dan Artificial Intelligence dalam Proses Belajar Mahasiswa
kuliah menggunakan Artificial Intellingence (AI) atau kecerdasan buatan, supaya mahasiswa mendapatkan proses pembelajaran yang sempurna.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Metode perkuliahan inovatif dengan penggunaan media digital, teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan Artificial Intelligence (AI) tengah dikembangkan Universitas Pelita Harapan (UPH).
Pembelajaran melalui video 3 Dimensi dilakukan Universitas Pelita Harapan (UPH) di bidang kedokteran menyambut era Revolusi Industri 4.0.
Dekan Fakultas Kedokteran UPH Eka J Wahjoepramono, dalam paparan Visual Learning “The Amazing Human Brain and The Potential Catastrophe” di Cinemaxx Studio 3, Lt. 5 Plaza Semanggi, Jakarta, Jumat (28/6/2019), memaparkan, kuliah menggunakan Artificial Intellingence (AI) atau kecerdasan buatan, supaya mahasiswa mendapatkan proses pembelajaran yang sempurna.
Pada kesempatan itu, Wahjoepramono memaparkan kuliah 3 Dimensi (3D) yang mengangkat topik ‘Eksplorasi Kehebatan Otak Manusia Dan Penyakit Yang Mengancam’ yang menjelaskan kehebatan otak yang memiliki sistem kerja yang kompleks dan menakjubkan.
Otak manusia terdiri dari 100 miliar sel neuron, yang masing-masing terdiri dari 10.000 jaringan penghubung.
"Sehingga otak kita yang beratnya sekitar 1,5 kg ini, terdiri dari 10 pangkat 15 jaringan neuron" papar Eka.
Setiap saat, jika tidak digunakan/dimanfaatkan untuk beraktifitas, maka sel-sel otak tersebut satu per satu akan mengalami kerusakan yang bersifat permanen.
Untuk mencegahnya, otak harus selalu diinduksi dengan membaca, berfikir, dan beraktifitas yang positif dan produktif.
Dalam kesempatan ini Eka juga menjelaskan berbagai kasus yang pernah ia tangani serta pemaparan penyebab dan beragam jenis penyakit yang menyebabkan kerusakan otak.
Eka juga berbagi cara teknik bedah saraf yang ia lakukan dalam menangani kasus tersebut.
Tentunya penjelasan dilengkapi dengan video 3D bedah saraf yang ia lakukan, sehingga para peserta seakan-akan menyaksikan secara langsung proses bedah saraf tersebut.
Dari seluruh kuliah umum ini, satu hal yang menjadi fokus bagi Eka mengapa kuliah ini menjadi begitu penting.
Dalam kuliah umum tersebut Eka menegaskan 'Time is Brain', artinya jangan sampai terlambat, mengatasi terjadinya permasalahan yang ada di otak, contohnya Stroke.
Eka juga mengingatkan pentingnya melakukan check-up sejak dini di rumah sakit yang kompeten tentunya sangat penting, sehingga jika terjadi kelainan dapat ditangani sejak awal.