PMII Soroti Cara Mendikbud Kelola Sistem Pendidikan di Fase Pandemi Corona
Banyak kegelisahan dari peserta didik, orang tua murid, guru, dosen, hingga pengelola perguruan tinggi swasta karena dampak Covid-19.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kinerja Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim selama menangani pengelolaan sistem pendidikan di tengah wabah corona (Covid-19) kembali mendapat sorotan tajam.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menilai Nadiem Makarim terkesan gagap dalam menangani berbagai persoalan pendidikan yang muncul selama pandemik Covid-19.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PMII Agus Mulyono Herlambang saat Webminar bertajuk "Problem Mahasiswa dan Kebijakan Mendikbud di Tengah Pandemi Covid-19", Senin (8/6/2020).
Dalam webminar yang diikuti ratusan mahasiswa tersebut hadir juga Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda dan Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendikbud Prof Aris Junaidi sebagai narasumber.
“Kami mempunyai harapan luar biasa kepada Nadiem Makarim untuk menata system pendidikan di Indonesia."
Baca: PLN: Tagihan Listrik yang Melonjak Bisa Dicicil, Bayar 60 Persen Dulu. . .
"Dia sudah banyak bicara terkait penataan system pendidikan di berbagai tempat. Namun saat Covid-19 mas menteri terkesan gagap saat menghadapi tuntutan untuk menata system pendidikan di saat wabah Covid19,” ujar Agus.
Baca: Tujuh Terminal Bus di Jabodetabek Kembali Layani Pemberangkatan Armada AKAP dan AKDP
Dia mengatakan sektor pendidikan harusnya menjadi salah satu fokus utama pengelolaan dampak wabah Covid-19 di Tanah Air.
Masa depan ribuan bahkan jutaan siswa dari jenjang dasar hingga perguruan tinggi menjadi taruhan jika dalam penanganan dampak Covid-19, fokus pemerintah pada bidang ekonomi dan kesehatan semata.
Baca: Siap Buka Lagi, Jaringan Bioskop CGV Tunggu Jadwal Resmi dari Pemerintah
“Kita harusnya bisa belajar dari Jepang di mana saat terjadi tragedy bom Hiroshima yang begitu dasyat pemerintah mereka memprioritaskan keselamatan guru dibandingkan elemen masyarakat lain karena mereka sadar bahwa hanya dengan pendidikanlah mereka bisa bangkit dari kehancuran akibat bom atom dari Sekutu,” katanya.
Baca: Bank Bukopin Sebut Tarik Uang Tunai di ATM Tidak Ada Masalah
Fenomena tersebut, lanjut Agus tidak terlihat dari strategi penanganan wabah covid-19 yang ditetapkan sebagai bencana nasional non-alam.
Berbagai kebijakan pemerintah termasuk realokasi anggaran hanya diperuntukkan penanganan wabah di bidang ekonomi dan kesehatan.
Sementara di sisi lain berbagai dampak wabah Covid-19 di bidang pendidikan terkesan diabaikan.
“Ada kesan jika respons Kemendikbud begitu lamban dalam menyikapi kegelisahan mahasiswa terdampak Covid-19.
Contohnya ada aspirasi mahasiswa untuk mendapatkan pemotongan Uang Kuliah Tunggal (UKT) karena kesulitan ekonomi banyak orang tua, tapi malah dijawab Kemendikbud jika UKT tidak akan naik,” katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.