Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Obrolan Film Pendek 'Tilik', Begini Curhatan Sang Sutradara Usai Banjir Kritikan Netizen

Kasih Hanggoro, MBA selaku Ketua BPH Yayasan Budi Luhur Cakti mengatakan, film ini mengingatkan untuk tidak menghakimi sesuatu sebelum tahu faktanya

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Obrolan Film Pendek 'Tilik', Begini Curhatan Sang Sutradara Usai Banjir Kritikan Netizen
ist
Webinar UBL bersama sutradara film Tilik, Wahyu Agung Prasetyo 

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mendengar kata Bu Tejo pasti ingatan kita langsung tertuju pada sosok Bu Tejo, tokoh utama di film pendek Tilik yang belakangan sedang viral di media sosial.

Film Tilik sukses menuai pujian namun tak sedikit pula yang mengkritik karena sepanjang perjalanan naik truk menuju sebuah rumah sakit untuk membesuk Bu Lurah, Bu Tejo dan ibu-ibu lainnya bergunjing.

Mereka memperbincangkan gosip hangat tentang sosok Pak Lurah dan juga sosok warga desa mereka yang masih lajang bernama Dian.

Di balik kisah sukses film pendek ini ada sosok sutradara muda Wahyu Agung Prasetyo.

Wahyu Agung Prasetyo mengaku banyak menerima tanggapan dari beragam kalangan dan netizen setelah film pendeknya tersebut tayang di YouTube, baik tanggapan positif maupun negatif.

“Kami sangat terbuka dengan kritikan masyarakat terhadap film ini, karena menurut kami tidak ada karya yang tak luput dari kritikan, begitu pula dengan film Tilik ini, tapi kritikan itu bisa mendewasakan ketika akan membuat karya lagi ke depannya," ujar Wahyu Agung Prasetyo saat tampil di obrolan webinar yang diselenggarakan kampus Universitas Budi Luhur, Jakarta, Senin (7/9/2020).

Baca: Selain Tilik, Ini 5 Film Pendek Indonesia yang Tak Kalah Bagus, Bisa Ditonton di YouTube

BERITA TERKAIT

Agung tak menampik, film pendeknya ini jadi multitafsir jika mengikuti jalan ceritanya. Begitu juga dengan selipan pesan-pesan moral di film ini.

Agung menegaskan, pesan tertentu yang dia coba selipkan di dialog antar karakternya di film ini sebenarnya sudah cukup eksplisit.

“Kemudian ketika ada stigma jelak, stigma baik, film ini (sebenarnya) sudah sangat eksplisit di dialog-dialog tertentu, ketika kita sudah cermat dan menelaah film ini, kemungkinan tafsirnya bisa sama dengan kami yang membuat filmnya," kata Wahyu.

"Nah ketika film ini sudah kami lempar di publik dan jadi konsumsi publik, saya pikir itu sudah hak interprestasi publik juga,” imbuhnya.

Ketika diajak berkolaborasi oleh Dr Yusran, M.Si dari Budi Luhur untuk membuat film pendek yang berkaitan dengan nilai-nilai kebudiluhuran, Agung mengaku sangat senang dan antusias.

Baca: Trailer Perdana Film Original Netflix Bucin Resmi Rilis, Berikut 4 Hal yang Dinantikan di Film Ini

“Dengan senang hati, saya akan menyambut itu dengan hangat Pak,” ujar Wahyu.

Sampai saat ini film Tilik sejak pertama kali tayang di YouTube sudah ditonton oleh lebih dari 22 juta viewers.

Webinar membedah film Tilik bersama sutradara Wahyu Agung Prasetyo dihadiri Kasih Hanggoro MBA, Ketua Yayasan Budi Luhur Cakti dan Dr. Ir. Wendi Usino, M.Sc., M.M, Rektor Unversitas Budi Luhur dipandu Dr. Yusran, M. Si, Kepala Pusat Studi Kebudiluhuran serta sejumlah calon mahasiswa baru angkatan 2020.

Webinar mengangkat tema 'Belajar Cerdas Berbudi Luhur dari Film Tilik' ini dinilai bisa menjadi sebuah inspirasi karya anak bangsa dengan melakukan sesuatu yang inspiratif mulai dari ide yang sederhana.

“Saya harapkan ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa Budi Luhur, saya mengambil kesimpulan cerita dari film Tilik ini yakni tidak ada hitam, tidak ada putih, semuanya abu-abu, kebenaran itu relatif sifatnya. Jadi tidak ada tokoh benar, tidak ada tokoh salah, tidak ada penjahat, tidak ada jagoan, intinya ini kisah nyata yang ada di masyarakat,” ujar DR Ir. Wendi Usino, M.Sc., M.M, Rektor Universitas Budi Luhur.

Kasih Hanggoro, MBA selaku Ketua BPH Yayasan Budi Luhur Cakti mengatakan, film ini mengingatkan kita untuk tidak menghakimi sesuatu sebelum kita tahu fakta yang sebenarnya.

“Pertama, (cerita) di film ini kan tujuannya saling tolong menolong untuk menimbulkan rasa cinta kasih dengan menjenguk orang sakit. Kedua penting bagi saya disetiap dialognya ada prasangka buruk terhadap seseorang, yang intinya jangan menghakimi sebelum kejadian itu terjadi atau ketidak tahuan kita, yang paling benar yaitu mencari terlebih dulu,” ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas