Tari Tradisional: Pengertian, Ciri-ciri, Dilengkapi Contoh Tari Tradisional dan Asal Daerahnya
Setiap daerah memiliki tari tradional yang memiliki nilai-nilai historis masing-masing, simak pengertian, ciri-ciri, jenis, dan asal daerahnya.
Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Setiap daerah memiliki tari tradional yang memiliki nilai-nilai historis.
Tari tradisional merupakan tari yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah tertentu.
Di Indonesia, ada beragam jenis tari tradisional dan memiliki ciri khas.
Setiap tarian daerah pun juga memerlukan perlengkapan (properti), tata busana, dan tata riasnya disesuaikan dengan daerah setempat.
Properti tari bisa jadi berbeda antara satu tarian dengan tarian yang lain dan menjadi ciri khas tersendiri.
Bahkan, beberapa properti tari dijadikan sebagai nama bagi tarian tersebut.
Berikut ini mengenai tari tradisional, dilansir Tribunnews.com dari beberapa sumber:
Tari Tradisional
Dilansir Kompas.com, tari tradisional merupakan tari yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah tertentu.
Di mana dianut secara turun temurun oleh masyarakat, pada tari tradisional terdapat perbedaan yang tidak begitu jauh.
Pada tari tradisional pada umumnya memiliki nilai-nilai historis yang tinggi dan berdasarkan pada adaptasi adat istiadat yang ada di suatu daerah.
Dilansir dari Eke Pebrianti (2013) dalam jurnal Keberadaan Tari Asik Niti Naik Mahligai di Desa Siulak Mulai Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci, menjelaskan ciri-ciri tari tradisional.
Baca juga: Tari Gambyong: Berikut Sejarah, Gerak Tari, Kostum, Alat Musik Pengiring, dan Ciri Khusus
Baca juga: Mengenal Warisan Budaya Subak di Bali: Pengertian, Filosofi, dan Nilai Budaya Subak
Ciri-ciri tari tradisional, yakni:
- Gerakannya memiliki ciri khas tertentu
- Berkembang di suatu daerah tertentu
- Diwariskan secara turun-temurun
- Memiliki usia yang cukup lama
- Milik bersama
- Tata busana dan tata riasnya disesuaikan dengan daerah setempat.
Tari Tradisional
1. Tari Gatzi dari Merauke
Dilansir Bobo.grid.id, Tari Gatzi merupakan tarian yang dilakukan Suku Marind saat ada acara-acara khusus, misalnya seperti kelahiran anak, pesta adat, dan juga sebagai tarian penyambutan.
Saat menari tari gatzi, masyarakat Marind akan mengenakan pakaian yang dibuat dari serat daun sagu dan daun kelapa muda.
Tari Gatzi ini bisa dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, juga anak-anak dan orang dewasa.
Masyarakat menari tari gatzi dari budaya Merauke ini dengan diiringi tabuhan tifa.
2. Tari Soya-Soya dari Ternate
Tarian yang bernama Soya-Soya ini merupakan tradisi yang berasal dari masyarakat Maluku Utara, tepatnya Ternate.
Dalam bahasa Maluku, nama Soya-Soya ini berarti pantang menyerah dan punya makna sebagai tarian penjemputan.
Sejarah tarian ini ternyata sudah berlangsung cukup lama, yaitu sejak masa Kesultanan Ternate yang dipimpin oleh Sulten Baabullah, yang memimpin sejak 1570 hingga 1583.
3. Tari Lenggang Nyai dari Jakarta
Nama Tari Lenggang Nyai sendiri berasal dari kata “lenggang” yang berarti “melengak – lengok” dan kata “nyai” yang di ambil dari cerita Nyai Dasimah.
Nyai Dasimah adalah salah satu tokoh perempuan yang terkenal dalam cerita rakyat betawi.
Tarian ini sering ditampilkan dalam berbagai acara di Jakarta dan mengandung banyak pesan dan makna tentang kebebasan perempuan.
Menurut sejarahnya, Tari Lenggang Nyai ini di ciptakan oleh seorang seniman tari dari Yogyakarta bernama Wiwik Widiastuti, seorang seniman yang sangat mencintai kebudayaan Indonesia.
4. Tari Saman dari Aceh
Tari Saman merupakan kesenian yang berasal dari Suku Gayo di Aceh, tapi tarian ini tepatnya dikembangkan oleh seorang ulama dari Gayo, bernama Syekh Saman.
Awalnya, Tari Saman dikembangkan sebagai media penyebaran agama Islam, yang juga digunakan untuk menyampaikan pesan.
Tarian ini juga mencerminkan pendidikan, kegamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan, dan kebersamaan, lo.
5. Tari Pendet dari Bali
Tari Pendet adalah sebuah tarian yang awalnya merupakan bentuk pemujaan yang banyak diperagakan di pura.
Tari Pendet melambangkan penyambutan turunnya dewa ke dunia.
Jadi, Tari Pendet bisa dikatakan sebagai bentuk persembahan dalam bentuk tarian, bukan berbentuk sesajen seperti yang biasa dilakukan.
Namun, saat ini banyak yang menarikan tarian ini sebagai ucapan selamat datang.
6. Tari Tradisional Caping Ngancak
Dikutip dari Buku Tematik Kelas 5 Tema 5, Tari Tradisional Caping Ngancak yang berasal dari Lamongan, Jawa Timur menceritakan tentang kehidupan petani.
Tari ini menggambarkan para petani yang sedang bekerja mulai dari menanam, merawat, hingga memanen padi.
Seperti petani sebenarnya, para penari juga mengenakan caping.
Caping merupakan penutup kepala yang biasa dikenakan petani saat bekerja di sawah.
Caping berbentuk kerucut terbuat dari anyaman bambu.
7. Tari Alang Babega
Tari Alang Babega dari Minangkabau, Sumatera Barat, merupakan sebuah tarian khas daerah yang menggambarkan burung elang yang melayanglayang di udara.
Burung elang ini mengepakkan sayapnya, mencari mangsa, kemudian menukik dan menyambar mangsa tersebut.
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, Kompas.com/Fidelis Dhayu Nareswari, Bobo.grid.id/Sarah Nafisah)