Kisah Inspiratif Guru Sugeng, Mengabdi di Daerah Terpencil, Menembus Hutan untuk Berbagi Ilmu
Lokasi SDN Tambora yang terpencil di tengah perkebunan kopi tak menyurutkan tekad Sugeng Purnomo untuk mengajar murid-muridnya
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dodi Esvandi
Banyak guru yang tidak betah ditempatkan di SDN Tambora karena wilayahnya yang terpencil.
Terlebih guru yang mengajar bukan berasal dari daerah sekitar.
Baca juga: Kemenag Siapkan Rp 479 Miliar untuk Bantuan Kuota Internet Guru dan Pelajar
"Saya merasa terpanggil, karena saya perhatikan beberapa tahun sebelum saya mengabdi dulu. Banyak saya melihat daftar nama guru, tapi tidak ada gurunya. Karena memang guru yang didatangkan orang dari luar wilayah kami. Jadi tidak cukup betah lah ditempatkan di tempat hutan," jelas Sugeng.
Meski begitu, Sugeng berharap pemerintah dapat memberikan bantuan untuk meningkatkan kesejahteraan para guru honorer yang berada di pelosok.
"Kami juga butuh makan jadi mungkin pemerintah dapat memperhatikan kami di daerah terpencil," ucap Sugeng.
Menurut Sugeng, pendapatan para guru honorer yang minim membuat mereka harus mencari pendapatan lain di luar sekolah. Sehingga pembelajaran yang diberikan kurang optimal.
"Bagaimana anak-anak kami bisa menerima pembelajaran secara maksimal. Namun di sisi lain, guru yang mengajar di situ adalah guru honorer," kata Sugeng.
"Jadi ketika status masih honorer, maka tidak mungkin kami hadir di sekolah itu satu minggu full. Karena kan mau tidak mau kami yang mengabdikan di SDN Tambora harus cari makan untuk mengimbangi," tambah Sugeng.
Demi memperbaiki kesejahteraannya, Sugeng mengikuti seleksi guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Dirinya berharap program pemerintah ini dapat membantu para guru honorer.
Namun dirinya masih mengalami kendala harus mendaftarkan diri di wilayah lain yang jaraknya sangat jauh.