Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Materi Sekolah: Pengertian, Bentuk, hingga Faktor Pendorong Terjadinya Mobilitas Sosial

Materi sekolah IPS kelas 8: Pengertian, bentuk, hingga faktor pendorong mobilitas sosial

Penulis: Faishal Arkan
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Materi Sekolah: Pengertian, Bentuk, hingga Faktor Pendorong Terjadinya Mobilitas Sosial
Unsplash
Ilustrasi belajar 

TRIBUNNEWS.COM - Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis, yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.

Kata sosial pada istilah tersebut mengandung makna seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial.

Mobilitas sosial merupakan perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain.

Seseorang yang mengalami perubahan kedudukan (status) sosial dari suatu lapisan ke lapisan lain baik menjadi lebih tinggi maupun menjadi lebih rendah dari sebelumnya atau hanya berpindah peran tanpa mengalami perubahan kedudukan disebut mobilitas sosial.

Dalam mobilitas sosial, selain terjadi perubahan dari strata bawah ke strata atas, juga terjadi perubahan dari strata atas ke strata bawah.

Mobilitas sosial dapat berupa pergerakan sosial ke atas, tetapi juga pergerakan sosial ke bawah.

Baca juga: Materi Sekolah: Pengertian, Asal Mula Penemuan, Ciri-Ciri, hingga Cara Berkembang Biak Virus

Ilustrasi belajar.
Ilustrasi belajar. (Pexels.com/RF._.studio)

Baca juga: Materi Sekolah: Pencegahan Bahaya Penggunaan Listrik

Dalam buku IPS Kelas VIII Kemdikbud RI, dijelaskan mengenai mobilitas vertikal, horizontal, hingga faktor pendorong terjadinya mobilitas, yaitu:

Berita Rekomendasi

A. Bentuk Mobilitas Sosial

Berdasarkan bentuknya, mobilitas sosial dibedakan atas mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal.

Mobilitas sosial positif/naik yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik.

Mobilitas sosial negatif/turun yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih buruk.

1. Mobilitas Vertikal

Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan seseorang atau kelompok dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lain yang tidak sederajat.

Pindah ke tingkat yang lebih tinggi (social climbing) maupun turun ke tingkat lebih rendah (social sinking).

- Mobilitas Vertikal ke Atas (Social Climbing)

Social climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang atau naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi.

Seorang karyawan yang karena prestasinya dinilai baik kemudian berhasil menduduki sebagai kepala bagian, manajer, bahkan direktur suatu perusahaan merupakan contoh mobilitas sosial jenis ini.

Bentuk social climbing lain misalnya, terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi daripada lapisan sosial yang sudah ada.

- Mobilitas Vertikal ke Bawah (Social sinking)

Social sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan seseorang.

Proses social sinking sering kali menimbulkan gejolak kejiwaan bagi seseorang karena ada perubahan pada hak dan kewajibannya.

Contoh, seorang pegawai diturunkan pangkatnya karena melanggar aturan sehingga ia menjadi pegawai biasa

2. Mobilitas Horizontal

Mobilitas horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama.

Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.

Pada mobilitas horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang.

B. Faktor-Faktor Pendorong Mobilitas Sosial

Dalam setiap masyarakat, kecenderungan mengalami mobilitas sosial berbeda.

Ada masyarakat yang dengan cepat dan mudah mengalami mobilitas sosial, akan tetapi ada pula masyarakat yang cenderung sulit mengalami mobilitas sosial.

Terdapat beragam faktor yang mendorong terjadinya mobilitas sosial, di antaranya:

1. Faktor Struktural

Faktor struktural merupakan jumlah relatif dari posisi tertentu yang bisa diisi.

Ketika status sosial yang dituju oleh individu memang tersedia tempatnya untuk diisi, maka kondisi tersebut dapat mendorong terjadinya mobilisasi sosial.

Contoh, tersedianya lowongan pekerjaan dapat mendorong pengangguran untuk melalukan mobilitas sosial.

2. Faktor Individu

Setiap individu memiliki perbedaan dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Dua orang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relatif setara belum tentu menjadi berhasil dalam melaksanakan mobilitas sosial ke atas.

Hal ini disebabkan keberhasilan individu sangat ditentukan sikap dan perilaku individu tersebut.

Sebagai contoh, dua orang sarjana dari perguruan tinggi yang sama-sama melamar pekerjaan di suatu perusahaan.

Hanya satu orang yang diterima karena dianggap memiliki ambisi dan komitmen dalam hidup.

3. Faktor Sosial

Setiap perjuangan diawali dari ketidakpuasan.

Ketidakpuasan akan status sosial mendorong manusia untuk terus berjuang segigih-gigihnya.

Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orangtuanya.

Saat ia dilahirkan, tidak ada satu manusia pun yang dapat memilih status.

Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orangtuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri di lapisan sosial yang lebih tinggi.

4. Faktor Ekonomi

Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial.

Keadaan ekonomi yang baik memudahkan individu dan kelompok melakukan mobilitas sosial.

Kalian dapat memperhatikan berbagai fenomena masyarakat di sekeliling kita.

Masyarakat yang kondisi ekonominya baik, cenderung lebih mudah melakukan mobilitas sosial.

Dengan kondisi ekonomi yang baik mereka mudah untuk memperoleh modal, pendidikan, dan kesempatan lainnya.

Hal ini tentu berbeda dengan masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi atau bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya.

Pada masyarakat yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, prioritas utama adalah pemenuhan kebutuhan primer.

5. Faktor Politik

Bangsa Indonesia patut bersyukur karena memiliki stabilitas politik yang baik.

Kondisi negara aman dan damai sehingga para pemimpin dapat menjalankan roda pembangunan dengan baik.

Semua rakyat berperan aktif dalam pembangunan.

Kondisi ini tentu berbeda dengan situasi Indonesia pada tahun 1945-1950.

Pada masa tersebut, situasi politik dalam negeri tidak menentu.

Belanda masih berusaha menguasai Indonesia sehingga memilih perang baru.

Beberapa pemberontakan juga terjadi, yang membuat pemerintah lebih sibuk mengurus keamanan negara daripada meningkatkanm perekonomian.

Hal tersebut jelas memengaruhi mobilitas sosial warga negara.

Baca juga: Materi Sekolah: Pengertian Seni Musik, Periode Perkembangan Musik, Jenis, serta Contoh Alat Musik

(Tribunnews.com/Arkan)

Berita lainnya seputar materi sekolah

 
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas