Kemenko PMK Gandeng PGRI Membumikan Gerakan Nasional Revolusi Mental
Melalui Sekolah Pelopor Gerakan Nasional Revolusi Mental, maka nilai-nilai Revolusi Mental pun dapat dikembangkan lebih lanjut
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum PGRI, Unifah Rosyidi mengatakan, bahwa Revolusi Mental sejatinya ialah ruh dari pendidikan, dimana persoalan-persoalan yang dihadapi dunia saat ini terletak pada bagaimana mental berorientasi pada penyelesaian masalah.
Seperti halnya di kala pandemi saat ini, beragam tantangan berdatangan mulai dari manajemen pembelajaran daring atau tatap muka, penyesuaian teknologi, hingga perubahan iklim dan pemanasan global.
Sehingga, guru sebagai tenaga pendidik memiliki peran sentral sebagai aktor penggerak Revolusi Mental untuk mengubah karakter yang fixed mindset ke growth mindset atau cara pikir yang adaptif terhadap segala perubahan yang akan dihadapi.
“Semua menuntut perubahan, namun melalui Revolusi Mental kita belajar bagaimana harus bergotong royong, sekaligus memiliki kemandirian, dan mengintegrasikan nilai baik lainnya, agar kita bisa melewati berbagai pancaroba perubahan yang ada di dunia ini, karena sejatinya dunia terkoneksi satu sama lain,” kata Unifah saat Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) yang dipimpin Muhadjir Effendy menggelar Workshop “Sekolah Pelopor Gerakan Nasional Revolusi Mental” pada Rabu (29/9/2021) secara virtual.
“Guru harus jadi pelopor, guru harus jadi contoh, teladan, dan kita semua berusaha berjalan ke arah sana,” sambung dia.
Baca juga: Kemenko PMK: Guru Berkarakter Mampu Tularkan Semangat Revolusi Mental
Di waktu yang sama, Sekjen PGRI sekaligus Ketua Panitia, Dudung Abdul Qodir, mengapresiasi atas terselenggaranya workshop hasil kerjasama PGRI dan Kemenko PMK tersebut.
Ia berharap melalui Sekolah Pelopor Gerakan Nasional Revolusi Mental, maka nilai-nilai Revolusi Mental pun dapat dikembangkan lebih lanjut untuk dapat dilakukan sebagai dari kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan kerjasama yang baik antara pengawas, kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, dan masyarakat di lingkungan sekolah.
"Perilaku warga sekolah haruslah mencerminkan nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong, serta terlihat melalui gerakannya perubahan untuk lebih melayani, bersih, tertib, mandiri, bersatu," imbuhnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Didik Suhardi yang ikut hadir dalam giat tersebut menjelaskan, revolusi mental merupakan titah presiden melalui Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental.
"Untuk melaksanakan dan mengarahkan Revolusi Mental secara terencana dan sistematis sesuai dengan tujuannya, Revolusi Mental masuk dalam Prioritas Nasional pada RPJMN Tahun 2020-2024.
Sesuai visi Presiden Jokowi, terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong," kata dia.
Gerakan ini, masih kata Didik, antara lain untuk mengubah cara pikir, cara kerja dan cara hidup bangsa Indonesia yang mengacu nilai-nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong berdasarkan Pancasila yang berorientasi pada kemajuan dan kemoderenan.
"Kemudian siapa sasaran Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) ini, yakni, penyelenggara negara, media, dunia usaha, masyarakat umum dan tentunya dunia pendidikan. Lima lini ini menjadi sasaran strategis dalam membumikan revolusi mental," tegasnya lagi.