Mengenal Sejarah Mahapatih Gajah Mada Sang Pemersatu Nusantara dan Isi Sumpah Palapa
Gadjah Mada merupakan seorang panglima perang dan tokoh yang berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit. Gajah Mada terkenal dengan sumpah palapanya
Penulis: Devi Rahma Syafira
Editor: Daryono
Gajah Mada sebagai seorang ksatria sejati yang sangat peduli terhadap negaranya, hatinya terketuk melihat keadaan Arya Tadah yang semakin parah.
Sementara itu, pemerintahan sedang berkembang dan tidak boleh berhenti hanya karena Arya Tadah tidak mampu lagi melaksanakan kebijakannya karena sakit.
Pada saat pengangkatan, Gajah Mada mengucapkan sumpah Amukti Palapa yang berbunyi
Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah Gurun, ring Seram, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa.
Artinya setelah tunduk Nussantara, aku akan beristirahat, Setelah tunduk Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, barulah aku beristirahat.
Sumpah Palapa Gajah Mada mencapai keberhasilannya semasa pemerintahan Hayam Wuruk.
Hal ini dapat dibuktikan jika Majapahit pada waktu itu mampu menguasai wilayah-wilayah Nusantara yang meliputu Melayu (Sumatra), Tanjungpura (Kalimantan), Semenanjung Melayu (Malaka).
Sebelah Timur Jawa dan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Irian Barat, dan Jawa kecuali Kerajaan Sunda Galuh dan Sunda Pakuan.
Berkat keberhasilannya ini, pengaruh Gajah Mada di Majapahit lebih besar.
Pengaruhnya juga bisa dikatakan telah melampaui Hayam Wuruk dan anggota SaptaPrabhu yaitu semacam Dewan Pertimbangan Agung yang beranggotakan keluarga Kerajaan Majapahit.
Perjuangan Gajah Mada sampai saat ini tetap dikenang.
Hal ini dibuktikan dengan digunakannya nama Gajah Mada sebagai nama jalan utama sejumlah kota di Indonesia.
Baca juga: Mengenal Hewan Mamalia, Dilengkapi dengan Ciri-ciri Mamalia, Anatomi Tubuh, dan Contoh Mamalia
Selain itu, kebesaran nama dan kejayaan Majapahit pun dapat dilihat dari peninggalannya berupa candi.
Candi Penataran dibangun pada masa Kerajaan Kediri dan dipergunakan pada masa Kerajaan Majapahit.