Di depan Menaker dan Ribuan Santri-Walisantri, KH. Imam Jazuli Sampaikan Misi Ciptakan Generasi Emas
Jika tidak memahami prinsip ini maka Wali santri dan santri tidak bisa untuk melaksanakan misi besar Pondok Pesantren Bina Insan Mulia.
Penulis: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, CIREBON – Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, KH. Imam Jazuli, menjelaskan pentingnya memahami prinsip yang dibangun oleh Pesantren Bina Insan Mulia (BIMA) bagi seluruh stakeholder di lingkungan Pesantren Bina Insan Mulia.
“Beberapa hal terkait Pesantren Bina Insan Mulia, harus memahami prinsip yang dibangun oleh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia. Jika tidak memahami prinsip ini maka Wali santri dan santri tidak bisa untuk melaksanakan misi besar Pondok Pesantren Bina Insan Mulia,” kata KH. Imam Jazuli.
Pernyataan tersebut disampaikan KH. Imam Jazuli saat sambutan di depan ribuan calon santri dan walisantri di acara seleksi santri baru Pesantren Bina Insan Mulia yang berlangsung di Hotel Aston Cirebon pada Minggu (24/10/2021).
“Misi besar tidak hanya sekedar mendidik anak untuk menjadi pintar atau mengerti bidang pendidikan umum atau agama, tapi lebih dari itu Misi Pesantren adalah bagaimana menciptakan generasi emas di 10, 15, atau 20 Tahun kedepan dan mereka menjadi para pemimpin di negara ini. Maka Visi kita adalah menciptakan agen-agen perubahan dengan pendidikan yang kita buat,” kata KH. Imam Jazuli.
Prinsip yang dibangun oleh Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir tersebut saat ini memang mulai menampakkan kesuksesannya. Ini dibuktikan dengan banyaknya lulusan Pesantren Bina Insan Mulia yang melanjutkan pendidikan ke beberapa Perguruan Tinggi luar negeri.
“Prinsip yang dibangun yang harus dipahami oleh civitas Bina Insan Mulia antara lain adalah Khidmah (melayani/membantu orang yang berada disekitar ). Khidmah ada beberapa macam : Khidmah dengan Kekuasaan, Kidmah dengan Kekayaan dan Khidmah dengan Ilmu Pengetahuan,” katanya.
KH. Imam Jazuli menambahkan ada juga prinsip Himmah yaitu semangat cita-cita dan harapan tinggi yang ingin dicapai oleh Pesantren Bina Insan Mulia.
“Tahun ini 45 beasiswa untuk S1, S2 dan S3 yang akan diberikan oleh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia. Agenda Tahun 2028 harus ada 1000 Sarjana S2 dan S3 Alumni Bina Insan Mulia dari Kampus mancanegara. Selain itu ada juga prinsip Shuhbah yaitu relasi, kerjasama antar walisantri,” katanya.
KH. Imam Jazuli lalu mencontohkan seorang pemikir muslim asal Mesir, Hassan Hanafi, yang juga seorang Filsuf Hukum Islam yang dengan pemikirannya mampu mewarnai peradaban dunia lewat sebuah generasi penganut pemikiran-pemikirannya.
“Hassan Hanafi ( Filosuf Hukum Islam ) : Pemikiran tentang Oksidentalisme yaitu perlawanan terhadap Orientalisme. Dulu Bangsa Barat ingin maju, belajarnya ke Peradaban Islam. Peradaban Islam banyak belajar dari Peradaban Yunani. Lahirlah para Ilmuan Musllim dan akhirnya bisa lebih dari Yunani sendiri,” kata KH. Imam Jazuli.
Seleksi calon santri baru Pesantren Bina Insan Mulia memang berlangsung sangat meriah. Selain dihadiri oleh Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah, acara ini juga dihadiri ribuan calon santri dan walisantri.