Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Peninggalan Agama Buddha di Indonesia: Dari Ajaran sampai Tradisi yang Dilakukan

Berikut peninggalan agama Buddha di Indonesia yang mana yaitu dari ajaran hingga tradisi yang dilakukan oleh penganutnya.

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Miftah
zoom-in Peninggalan Agama Buddha di Indonesia: Dari Ajaran sampai Tradisi yang Dilakukan
Tribun Jateng/Hermawan Handaka
Berikut peninggalan agama Buddha di Indonesia yang mana yaitu dari ajaran hingga tradisi yang dilakukan oleh penganutnya. 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut adalah peninggalan Buddha di Indonesia dari ajaran hingga tradisi yang dianut sampai sekarang.

Ajaran Buddha memiliki inti yakni Dharma yaitu sejumlah aturan atau kewajiban yang harus dilakukan oleh pengikutnya sebagai bagian dari alam semesta.

Agama Buddha memiliki kitab yang bernama Tripitaka.

Agama Buddha juga percaya akan alam semesta yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, serta Arupadhatu.

Ajaranya ini merupakan tingkatan dari manusia untuk tentang nafsu di dalam dirinya.

Baca juga: Mengenal Sel Jaringan Tumbuhan: Jaringan Meristem, Kambium Vaskuler, dan Kambium Gabus (Felogen)

Baca juga: Mengenal Apa Itu Hubungan Sosial: Meliputi Pengertian, Faktor, dan Bentuknya

Untuk selengkapnya berikut adalah peninggalan dari agama Buddha dikutip dari Buku Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 5 SD/MI.

1. Ajaran Agama Buddha

Ratusan biksu dari berbagai sekte mengikuti ritual Pindhapata di Jalan Pemuda, Magelang, Jawa Tengah, Rabu siang (10/5/2017). Pindhapata ini merupakan prosesi para biarawan dan biarawati meminta sedekah pada masyarakat. THE JAKARTA POST/Tarko Sudiarno
Ratusan biksu dari berbagai sekte mengikuti ritual Pindhapata di Jalan Pemuda, Magelang, Jawa Tengah, Rabu siang (10/5/2017). Pindhapata ini merupakan prosesi para biarawan dan biarawati meminta sedekah pada masyarakat. THE JAKARTA POST/Tarko Sudiarno (THE JAKARTA POST/Tarko Sudiarno)
BERITA REKOMENDASI

Inti ajaran Buddha adalah Dharma, yaitu sejumlah aturan atau kewajiban yang harus dilakukan oleh pengikutnya sebagai bagian dari alam semesta.

Aturan itu bertujuan agar manusia melepaskan diri dari kekangan karma agar mencapai kesempurnaan hidup, yaitu Nirwana.

Proses kehidupan manusia saat ini merupakan kelanjutan kehidupan sebelumnya.

Ini disebut penitisan atau reinkarnasi.

Kehidupan dan proses penitisan itu pada dasarnya adalah penderitaan, hukuman, dan karma.


Agar manusia lepas dari penderitaan, hukuman, dan karma, manusia harus berlaku benar, berniat benar, berbicara benar, berusaha benar, dan berkehidupan benar.

Kitab suci agama Buddha adalah ”Tripitaka”.

Menurut kepercayaan agama Buddha, alam semesta dibagi tiga, yaitu sebagai berikut.

1. Kamadhatu : Tingkat paling rendah, di mana manusia masih dipengaruhi oleh nafsu yang tidak baik.

Pada tahap ini, manusia tidak ada bedanya dengan binatang buas.

2. Rupadhatu : Tingkat kedua di mana manusia berusaha memerangi hawa nafsu yang tidak baik.

Pada tahap ini, manusia berjuang mengatasi godaan-godaan untuk melepaskan hawa nafsu yang tidak baik tersebut.

3. Arupadhatu : Tahap di mana manusia mencapai kesempurnaan dan terlepas dari urusan duniawi.

Tokoh ajaran Buddha adalah Sidharta Gautama atau Sang Buddha Gautama.

Kesederhanaan Sang Buddha merupakan ciri utama yang diikuti oleh para biksu (laki-laki) dan biksuni (perempuan) di Wihara.

Perlengkapan hidup yang boleh dimiliki oleh seorang biksu atau biksuni hanya tiga macam, yaitu sebuah mangkuk untuk makan, jarum untuk menjahit baju, dan pisau untuk mencukur rambut.

Simbol kekayaan yang dimiliki oleh penganut Buddha digambarkan dalam bentuk ”stupa” yang merupakan gambaran tumpukan baju, mangkuk yang ditelungkupkan, dan tongkat atau jarum di atasnya.

2. Peninggalan Buddha

Pesona Candi Borobudur
Pesona Candi Borobudur (Fineartmerica)

Peninggalan agama Buddha di Indonesia adalah candi dan yang terbesar adalah Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.

Berikut adalah penjelasan dari tiap bangunan di dalam Candi Borobudur.

Candi ini terdiri dari tiga tingkatan yang menggambarkan Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.

a. Kamadhatu adalah dasar candi dengan kaki candi tertutup 13.000 m3 batu serta 160 relief tersembunyi.

b. Rupadhatu, terdiri dari empat lorong dengan 1.300 gambar relief.

Jika diukur, panjang seluruhnya mencapai 2,5 km dengan 1.212 panel berukir.

c. Arupadhatu, dengan bentuk lingkaran-lingkaran yang memuat 72 patung Buddha di dalam stupa terawang dan satu stupa induk besar.

Lebar tiap sisi candi 123 m. dengan seluruh bahan termasuk dasar candi, terdiri dari 55.000 m3
batu andesit.

Jumlah patung adalah 504 buah yang mana 72 buah terletak pada stupa terawang dan 432 buah dalam relung terbuka.

Candi-candi Buddha lainnya, antara lain Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Plaosan, dan Candi Sewu.

Untuk mengenang kebesaran Sang Buddha Gautama banyak candi diberi hiasan patung Siddharta Gautama.

Tujuannya adalah untuk mengenang kelahiran, kematian, dan moksa-nya sang Buddha yang dilaksanakan di kawasan Candi Borobudur.

Peringatan Tri Suci Waisak memiliki daya tarik wisata baik domestik maupun mancanegara.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel lain terkait Materi Sekolah

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas