Jangan Terjebak Hidup Autopilot, Ini Langkah-langkah untuk Menghindarinya!
Tahukah kamu, banyak orang tidak sadar bahwa mereka sedang menjalani kehidupan autopilot? Kondisi ini rawan dialami oleh para pekerja modern.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Tahukah kamu, banyak orang tidak sadar bahwa mereka sedang menjalani kehidupan autopilot? Kondisi ini rawan dialami oleh para pekerja modern.
Berdasarkan pengamatan dari Dr. Mark Williamson dan Professor Renata Salecl terhadap 3000 orang dewasa, ditemukan bahwa 96% di antaranya hidup dalam autopilot.
Mengapa seseorang bisa hidup dalam mode autopilot? Ini karena kehidupan sehari-hari yang kian sibuk setiap harinya, sehingga tanpa disadari autopilot menjadi mode default.
Apa sih yang dimaksud dengan autopilot? Autopilot adalah suatu kondisi saat seseorang menyelesaikan rutinitas sehari-hari tanpa sadar sepenuhnya. Semua perilakunya diatur otomatis secara naluriah.
Masih berpedoman pada penelitian di atas, 75% responden melaporkan menghabiskan waktu mereka dengan buruk, seolah-olah seperti "berjalan sambil tidur" saat tengah melakukan tugas dan tanggung jawab harian.
Sementara itu, 44% orang juga mengaku sering lupa peristiwa yang mereka lalui saat dalam autopilot.
Lantas, apa yang akan terjadi jika kita menjalani mode autopilot secara berkepanjangan? Nyatanya, kondisi ini dapat menyebabkan turunnya kualitas hidup. Seseorang juga dapat rentan merasa bosan serta tidak semangat dalam menjalani aktivitas.
Solusi untuk terhindar dari mode autopilot
Bukannya mengambil kendali atas hidup sendiri, mereka yang terjebak dalam kondisi autopilot hanya bereaksi dan menjalani hal-hal yang terjadi pada kita.
Langkah untuk keluar dari kondisi ini yang pertama adalah mempelajari mindfulness.
Praktik mindfulness adalah memfokuskan pikiran kita sepenuhnya untuk hidup di saat ini, tidak memikirkan apa yang akan terjadi nanti malam atau besok.
Hal ini juga bisa dipraktikkan dengan rutin melakukan meditasi dan menghindari penggunaan gadget terlalu sering.
Kedua, tetapkan boundaries atau batasan dengan orang-orang sekitar. Baik dengan teman, keluarga, ataupun kolega di kantor, kita tetap harus mengatur batasan-batasan sesuai kemampuan kita.
Selain itu, penting juga untuk mengetahui kapan harus menolak ajakan orang lain jika memang kita tidak memiliki kapasitas untuk melakukannya.