Konferensi Pendidikan di Timur Indonesia Hadirkan Praktisi yang Berbagi Realita di Lapangan
Konferensi Pendidikan di Timur Indonesia berlangsung 2 hari di gedung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Jakarta.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Hasiolan Eko Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guna menampik asumsi miring dan menemukan solusi seputar pendidikan di kawasan Timur Indonesia, sebuah acara 'Konferensi: Pendidikan di Timur Indonesia' dihelat selama dua hari, mulai 24 sampai 25 September 2022.
Konferensi ini berlangsung di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Jakarta.
Ratusan orang dari berbagai pihak, mulai dari masyarakat Timur Indonesia, para penggerak pendidikan, pemerintah daerah dan pusat, NGO,media, hingga akademisi dan peneliti bersama-sama akan menghamparkan kenyataan kondisi pendidikan di wilayah Timur.
Acara ini diinisiasi Kemdikbudristek bersama gerakan Indonesia Mengajar.
Menurut Hikmat Hardono, Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar, selama dua hari, berbagai asumsi atau mitos seputar dunia pendidikan di kawasan Timur Indonesia, terpatahkan.
Menurut dia, sejauh ini, langkah paling ideal untuk bisa memahami Timur Indonesia memang dengan menginjakkan kaki di sana dan secara langsung "mengalaminya".
Karena itu pihaknya menghadirkan masyarakat dari berbagai wilayah Timur Indonesia ke konferensi ini untuk kemudian mendengarkan cerita dan berdiskusi secara langsung dengan mereka.
"Bersama seluruh orang yang terlibat dalam Konferensi, pada akhirnya memenuhi cita-cita bersama: memperdengarkan cerita realita wilayah Timur, yang selama ini orang lain belum pernah tahu.
Baca juga: Pengumuman Hasil Seleksi Kampus Mengajar Angkatan 4 Diundur
Dia menjelaskan, konferensi ini dikemas dalam sajian berbagai ruang untuk wahana interaksi dan diskusi.
Konferensi menghadirkan berbagai pembicara secara langsung yang mengalami dan menyelami bagaimana sesungguhnya pendidikan kita di Timur Indonesia.
"Pembicara ini menuturkan fakta-fakta, membagikan potret-potret perjuangan di daerah, mengajak seluruh peserta untuk bersama-sama menyelami realita," ujarnya.
Pada konferensi ini akan terdapat ruang-ruang untuk berdiskusi dan melihat lebih dekat tentang pendidikan di Timur melalui Ruang Kebijakan, Ruang Budaya dan Pendidikan, Ruang Dampak Berkelanjutan, Ruang Inisiatif, dan Ruang Interaksi.
"Selain berdiskusi dan bertemu langsung dengan penggerak pendidikan, konferensi ini juga menghadirkan Pesta Dansa untuk merasakan budaya dan tradisi masyarakat Timur Indonesia," kata dia.
Amos Atkana, seorang narasumber yang dihadirkan langsung dari Kabupaten Maybrat untuk bercerita bagaimana upayanya mendirikan Rumah Belajar Atmatu dan mengajak orang lain untuk turut berkontribusi bagi pendidikan dengan mengadakan kegiatan Nama Bacita-Cita,sebuah kegiatan perkenalan beragam profesi kepada siswa Paud hingga SMA di Maybrat, Papua Barat.
Konferensi juga menghadirkan cerita dari Tersiana Tade,seorang orang tua siswa dan guru di Kabupaten Sabu Raijua yang menghadirkan pembelajaran kreatif dan kontekstual berdasarkan potensi daerahnya di kelas.
Dari Kepulauan Aru, Musa Labetubun,seorang Kepala Sekolah di SD Inpres Kolijabi yang juga penempatan Pengajar Muda,berbagi perspektifinya tentang melibatkan orang tua dalam proses belajar anak dengan membagikan tablet yang merupakan faslitas sekolah (sebelumnya hanya diletakan dl gudang) untuk ikut mendampingl anak-anak belajar di rumah, Pemangku KeblJakan diwaklioleh Kepala
Perwakilan Dinas Kabupaten Maybrat, Kornellus Kambu, memiliki kepercayaan bahwa transformasi pendidikan bukan hanya dari fasilltas namun juga perlu keslapan dari sumber daya manusianya.